Teks -- Matius 22:32-46 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Mat 22:35 - AHLI TAURAT
Nas : Mat 22:35
Seorang "ahli Taurat" (Yun. _nomikos_) adalah seseorang yang
menafsirkan dan mengajarkan hukum Taurat Musa.
Nas : Mat 22:35
Seorang "ahli Taurat" (Yun. _nomikos_) adalah seseorang yang menafsirkan dan mengajarkan hukum Taurat Musa.
Full Life: Mat 22:37 - KASIHILAH TUHAN ALLAHMU.
Nas : Mat 22:37
Yang diminta oleh Allah dari semua orang yang percaya kepada Kristus
dan menerima keselamatan-Nya ialah kasih yang setia (bd. Ul 6:...
Nas : Mat 22:37
Yang diminta oleh Allah dari semua orang yang percaya kepada Kristus dan menerima keselamatan-Nya ialah kasih yang setia (bd. Ul 6:5; Rom 13:9-10; 1Kor 13:1-13).
- 1) Kasih ini menuntut sikap hati yang begitu menghormati dan menghargai Allah sehingga kita sungguh-sungguh merindukan persekutuan dengan-Nya, berusaha untuk menaati Dia di atas muka bumi ini, dan benar-benar memperdulikan kehormatan dan kehendak-Nya di dunia. Mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Allah akan ingin mengambil bagian dalam penderitaan-Nya (Fili 3:10), memperluas kerajaan-Nya (1Kor 9:23), dan hidup bagi kemuliaan-Nya dan standar-Nya yang benar di bumi ini (Mat 6:9-10,33).
- 2) Kasih kita kepada Allah haruslah kasih yang sepenuh hati dan yang
menguasai seluruh diri kita, kasih yang dibangkitkan oleh kasih-Nya
kepada kita yang menyebabkan Dia mengutus Anak-Nya untuk kepentingan
kita
(lihat cat. --> Yoh 3:16;
[atau ref. Yoh 3:16]
Rom 8:32). Kasih kita hendaknya merupakan kasih seperti terungkap dalam Rom 12:1-2; 1Kor 6:20; 10:31; 2Kor 9:15; Ef 4:30; 5:1-2; Kol 3:12-17). - 3) Kasih kepada Allah meliputi:
- (a) kesetiaan dan keterikatan pribadi terhadap Dia;
- (b) iman sebagai sarana pengikat yang kokoh dengan Dia yang dipersatukan dengan kita oleh hubungan Bapak dengan anak;
- (c) kesetiaan kepada penyerahan kita kepada-Nya;
- (d) ketaatan yang sungguh-sungguh, yang dinyatakan dalam pengabdian kita kepada standar-Nya yang benar di tengah-tengah dunia yang menolak Allah; dan
- (e) kerinduan akan kehadiran dan persekutuan-Nya.
Full Life: Mat 22:39 - KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA.
Nas : Mat 22:39
Anak-anak Allah dituntut untuk mengasihi semua orang (bd.
Gal 6:10; 1Tes 3:12), termasuk orang yang memusuhi mereka
(Mat 5:44). Mer...
Nas : Mat 22:39
Anak-anak Allah dituntut untuk mengasihi semua orang (bd. Gal 6:10; 1Tes 3:12), termasuk orang yang memusuhi mereka (Mat 5:44). Mereka juga diperintahkan untuk mengasihi semua orang Kristen yang telah lahir baru secara khusus
(lihat cat. --> Yoh 13:34;
[atau ref. Yoh 13:34]
Gal 6:10; bd. 1Tes 3:12; 1Yoh 3:11).
- 1) Kasih orang percaya terhadap sesama saudara seiman, sesama manusia dan musuhnya harus tunduk kepada, dan diatur serta dikendalikan oleh kasih dan pengabdian mereka kepada Allah.
- 2) Kasih kepada Allah merupakan "hukum yang terutama" (ayat Mat 22:37-38). Oleh karena itu, ketika menyatakan kasih terhadap semua orang, kita sama sekali tak boleh berkompromi mengenai kekudusan Allah, keinginan-Nya akan kemurnian, kehendak dan standar-Nya sebagaimana terdapat dalam Alkitab.
BIS -> Mat 22:44
BIS: Mat 22:44 - duduklah ... kanan-Ku duduklah ... kanan-Ku: Menurut kebudayaan Yahudi, yang diberi kehormatan dan kekuasaan duduk di sebelah kanan.
duduklah ... kanan-Ku: Menurut kebudayaan Yahudi, yang diberi kehormatan dan kekuasaan duduk di sebelah kanan.
Jerusalem: Mat 22:32 - -- Kalau Allah melindungi seseorang atau suatu bangsa begitu rupa sehingga menjadi "Allah mereka", maka tak mungkin perlindunganNya itu kurang sempurna a...
Kalau Allah melindungi seseorang atau suatu bangsa begitu rupa sehingga menjadi "Allah mereka", maka tak mungkin perlindunganNya itu kurang sempurna atau pura-pura saja, sehingga orang atau bangsa itu masih dapat jatuh binasa. Bahwasanya kasih Allah benar-benar abadi belum jelas dipahami atau dinyatakan oleh pewahyuan alkitabiah semula. Karena itu orang percaya akan adanya "Syeol", dunia orang mati, tanpa kebangkitan (Yes 3:10-20; Maz 6:6; Maz 88:11-13)., Orang Saduki berpegang teguh pada kepercayaan tradisionil itu, Kis 23:8+. Tetapi wahyu Tuhan memang maju dan lama kelamaan wahyu alkitabiah memahami dan meneguhkan bahwa kasih Allah memang abadi, sehingga tidak membiarkan orang benar jatuh binasa, Maz 16:10-11; Maz 49:16; Maz 73:24; maka dinyatakan bahwa orang akan hidup kembali, Wis 3:1-9, seluruh manusia termasuk kejasmaniannya, Dan 12:2-3; 2Ma 7:9,14,23; 12:43-45; 14:46. Pewahyuan terakhir itu diteguhkan oleh Yesus dengan menyatakan bahwa hal itu menurut maksud Allah sesungguhnya sudah tersembunyi dalam kalimat Kel 3:6 yang dikutip olehNya.
Jerusalem: Mat 22:35 - seorang ahli Taurat Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata ini; kiranya berasal dari Luk 10:25.
Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata ini; kiranya berasal dari Luk 10:25.
Jerusalem: Mat 22:37-38 - -- Kedua hukum (kasih kepada Allah, kasih kepada sesama manusia) itu tergabung juga dalam "Didakhe", Mat 1:2. Boleh jadi karangan itu mengambil alih hal ...
Jerusalem: Mat 22:46 - yang dapat menjawabNya jawab yang tepat ialah: Meskipun karena asal usul manusiaNya, bdk Mat 1:1-17, memang keturunan Daud, namun Mesias mempunyai juga ciri ilahi. Karena it...
jawab yang tepat ialah: Meskipun karena asal usul manusiaNya, bdk Mat 1:1-17, memang keturunan Daud, namun Mesias mempunyai juga ciri ilahi. Karena itu Mesias melebihi Daud, sebagaimana juga dinubuatkan oleh Daud.
Ende: Mat 22:43 - Dalam Roh Dengan ilham Roh Kudus David melihat seorang turunannja sebagai
Mesias dan Putera Allah dan menjebutnja "TuhanKu". Jesus disini hendak
menandaskan kep...
Dengan ilham Roh Kudus David melihat seorang turunannja sebagai Mesias dan Putera Allah dan menjebutnja "TuhanKu". Jesus disini hendak menandaskan kepada orang Jahudi, bahwa Mesias (Ia) bukan manusia sadja melainkan djuga bermartabat Ilahi.
Ende: Mat 22:44 - -- Maz 110 sudah lama dianggap oleh orang Jahudi sebagai nubuat mengenai
Mesias. Jesus membenarkan tafsiran itu disini. Tafsiran jang sama dalam
Perdjand...
Maz 110 sudah lama dianggap oleh orang Jahudi sebagai nubuat mengenai Mesias. Jesus membenarkan tafsiran itu disini. Tafsiran jang sama dalam Perdjandjian Baru terdapat dalam Kis 2:34; 1Ko 15:25; Efe 1:20-22 dan sepandjang Ibr.
· ahli Taurat: Luk 7:30; 10:25; 11:45; 14:3
· hukum inilah: Mat 7:12; Luk 10:25-28
Ref. Silang FULL: Mat 22:44 - bawah kaki-Mu · bawah kaki-Mu: Mazm 110:1; 1Raj 5:3; Kis 2:34,35; 1Kor 15:25; Ibr 1:13; 10:13
· bawah kaki-Mu: Mazm 110:1; 1Raj 5:3; Kis 2:34,35; 1Kor 15:25; Ibr 1:13; 10:13
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Mat 22:23-33 - Pertanyaan mengenai Perkawinan Pertanyaan mengenai Perkawinan (22:23-33)
Di sini diceritakan tentang perdebatan Kristus dengan beberapa orang Saduki mengenai kebangkitan. Perdeba...
Pertanyaan mengenai Perkawinan (22:23-33)
- Di sini diceritakan tentang perdebatan Kristus dengan beberapa orang Saduki mengenai kebangkitan. Perdebatan itu berlangsung pada hari yang sama ketika Ia diserang oleh orang-orang Farisi tentang membayar pajak. Sekarang Iblis menjadi lebih sibuk daripada biasanya untuk melumat dan mengganggu Dia. Saat itu adalah hari pencobaan (Why. 3:10). Kebenaran yang ada dalam Yesus akan tetap berhadapan dengan pertentangan dalam macam-macam perkara.
- Perhatikan baik-baik di sini:
- I. Orang-orang Saduki menentang kebenaran iman yang sangat besar. Mereka berpendapat bahwa tidak ada kebangkitan, sama seperti yang dikatakan oleh orang-orang dungu, bahwa tidak ada Allah. Kelompok orang-orang bidah ini disebut Saduki, yang berasal dari nama Sadok, salah seorang murid Antigonus Sochaeus, yang pengajarannya berkembang sekitar dua ratus delapan puluh empat tahun sebelum kelahiran Juruselamat kita. Mereka mendapat kritik keras dari para penulis bangsa mereka sendiri, yang menyebut mereka sebagai orang berperilaku rendah dan murtad sesuai prinsip yang mereka anut. Jumlah mereka tergolong paling kecil di antara semua sekte yang ada di antara orang-orang Yahudi, tetapi umumnya mereka terdiri dari orang-orang yang tergolong mempunyai kedudukan yang cukup tinggi. Sama seperti orang-orang Farisi dan Esseni yang tampaknya mengikuti pandangan Plato dan Pythagoras, orang-orang Saduki ini lebih condong kepada pandangan Epikuros. Mereka menyangkal adanya kebangkitan. Mereka berpendapat bahwa tidak ada kehidupan di masa mendatang, tidak ada lagi kehidupan setelah kehidupan ini, bahwa ketika tubuh ini mati, jiwa akan musnah begitu saja dan mati bersama tubuh, bahwa tidak akan ada pahala dan hukuman di dunia lain, tidak akan ada pengadilan di surga atau neraka. Mereka mengatakan bahwa selain Allah, tidak ada roh lain lagi (Kis. 23:8), yang ada hanyalah benda dan pergerakan belaka. Mereka tidak mempercayai adanya penyataan ilahi yang disampaikan oleh para nabi maupun penyataan dari sorga, selain apa yang disampai Allah di Gunung Sinai. Sekarang, muncul ajaran Kristus yang menyampaikan kebenaran besar tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang dengan lebih jelas daripada apa yang telah diungkapkan selama ini. Oleh karena itu, orang-orang Saduki secara khusus menentang pengajaran ini. Sebenarnya orang-orang Farisi dan Saduki saling bermusuhan, tetapi sekarang mereka bersatu melawan Kristus. Injil Kristus selalu menderita tekanan di antara orang-orang munafik dan fanatik yang sarat dengan upacara dan takhayul di satu sisi dan orang-orang yang tidak menghormati bahkan tidak mempercayai adanya Tuhan di sisi lain. Yang pertama melecehkan, dan yang kedua membenci, segala bentuk keilahian, namun keduanya menolak kuasa keilahian itu.
- II. Mereka menyerang kebenaran tentang kebangkitan itu dengan mengangkat sebuah kisah rekaan tentang seorang perempuan yang memiliki tujuh suami secara berturut-turut. Mereka percaya begitu saja bahwa kalau memang betul ada kebangkitan, maka tentunya segala sesuatunya akan kembali pada keadaan dan lingkungan yang sama seperti pada saat kini, seperti pada masa khayalan yang direka-reka oleh Plato. Kalau keadaannya begitu nantinya, maka betapa janggalnya situasi perempuan ini di kehidupan yang akan datang karena memiliki tujuh suami, atau betapa sulitnya ia nanti, siapa yang akan menjadi suaminya, apakah suami pertama, terakhir, yang paling ia cintai, atau yang paling lama hidup bersamanya.
- . Mereka mencoba menerapkan hukum Musa dalam masalah yang disampaikan ini (ay. 24), bahwa saudara suaminya harus menikahi janda tanpa anak yang ditinggal mati oleh suaminya (Ul. 25:5), dan hal semacam itu telah lama dipraktikkan (Rut 4:5). Sebenarnya hukum semacam itu lebih bersifat politis, karena tercantum dalam peraturan perundangan khusus yang mengatur seluruh bangsa Yahudi, dengan maksud menjaga kehormatan dan warisan keluarga, yang memang mendapat perhatian khusus dari pemerintah mereka.
- . Mereka mempermasalahkan keadaan ini. Tidak penting apakah masalah ini masalah nyata atau sekadar wacana belaka. Bila masalah ini tidak benar-benar terjadi, mungkin saja akan terjadi. Masalah itu adalah tentang tujuh laki-laki bersaudara yang menikahi perempuan yang sama (ay. 25-27).
- Nah, kasus ini beranggapan bahwa:
- (1) Kesedihan besar yang ditimbulkan oleh kematian tertentu di dalam keluarga-keluarga sering membinasakan seluruh kelompok dalam sekejap, jarang (seperti yang disampaikan dalam masalah ini) terjadi secara berurutan sesuai usia (negeri kegelapan tidak memiliki aturan tertentu), tetapi kelompok demi kelompok. Kematian itu memusnahkan keluarga yang bertambah dengan sangat banyak (Mzm. 107:38-39). Bila ada tujuh bersaudara tumbuh dewasa dalam satu rumah tangga, tentunya besar kemungkinan keluarga itu akan berkembang, namun sekarang keluarga besar ini tidak mempunyai anak atau cucu cicit, dan tak seorang pun yang tinggal hidup di tempat kediamannya (Ayb. 18:19). Benarlah bila dikatakan bahwa, jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Jangan ada seorang pun yang merasa yakin akan kemajuan dan kelangsungan nama dan keluarga mereka, kecuali mereka bisa membuat perjanjian damai dengan kematian, atau membuat kesepakatan dengan kubur.
- (2) Ketaatan tujuh bersaudara ini kepada hukum, sekalipun sebenarnya mereka bisa menolak dengan risiko dipersalahkan (Ul. 25:7). Perhatikanlah, berbagai peristiwa yang menawarkan hati tidak boleh menghalangi kita untuk melakukan kewajiban, karena kita harus diperintah oleh peraturan, dan bukan oleh peristiwa itu. Orang ketujuh, yang harus menanggung risiko terakhir untuk mengawini janda itu (banyak yang mengatakan), adalah seorang yang berani. Saya berpendapat, bila ia melakukannya dengan kepatuhan yang murni terhadap Allah, maka ia adalah seorang yang baik, seorang yang melaksanakan tugasnya dengan jujur.
- Tetapi, akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. Perhatikanlah, hidup lebih lama sebenarnya hanyalah penundaan belaka. Mereka yang berumur panjang, dan sempat menguburkan keluarga dan tetangga-tetangga mereka, bukanlah orang yang kebal terhadap kematian. Tidak, hari kematian mereka akan datang juga. Piala pahit kematian terus berkeliling, cepat atau lambat kita semua harus meminumnya (Yer. 25:26).
- . Mereka menyampaikan ketidakyakinan mereka mengenai jawaban untuk masalah ini (ay. 28), "Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Tidak mungkin ada jawaban atas masalah ini, jadi kami bisa simpulkan bahwa tidak ada kebangkitan." Orang-orang Farisi yang mengaku mempercayai kebangkitan, memiliki anggapan yang sangat kotor dan bersifat kedagingan mengenai hal ini maupun tentang kehidupan yang akan datang. Mereka berharap di sana akan dijumpai kegembiraan dan kesenangan hidup yang hewani. Mungkin hal inilah yang mendorong orang-orang Saduki menolak kebangkitan itu sendiri. Tidak ada yang lebih menguntungkan bagi orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan atau yang tidak beriman, selain daripada sifat duniawi untuk melampiaskan hawa nafsu dan kepentingan duniawi. Orang-orang sesat menolak kebenaran, sedangkan yang suka percaya pada takhayul memutarbalikkannya untuk keuntungan mereka. Sekarang, keberatan orang-orang Saduki ini sebenarnya ditujukan kepada anggapan orang-orang Farisi tersebut. Perhatikanlah, tidak aneh bahwa pikiran-pikiran duniawi memiliki pemahaman yang keliru tentang hal-hal yang bersifat rohani dan kekal. Manusia duniawi tidak menerima hal-hal ini, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan (1Kor. 2:14). Biarlah kebenaran diletakkan pada cahaya terang, supaya kebenaran itu muncul dalam segala kekuatannya.
- III. Kristus menjawab keberatan ini, dengan mencela kebodohan mereka, dan meralat kesalahan mereka. Ia menunjukkan keberatan mereka ini sebagai keliru dan tidak berdasar.
- . Ia mencela kebodohan mereka (ay. 29), "Kamu sesat." Perhatikanlah, dalam pengadilan Kristus, mereka yang menyangkal kebangkitan dan kehidupan yang akan datang akan dinyatakan sebagai orang-orang sesat. Di sini Kristus menegur mereka dengan penuh kelembutan dan kebijaksanaan, tidak tajam (apa pun alasannya) seperti yang kadang-kadang dilakukan-Nya terhadap imam-imam kepala dan tua-tua, "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti." Perhatikanlah, ketidaktahuan menjadi penyebab kekeliruan. Mereka yang berada dalam kegelapan, menjadi sesat. Kekeliruan terjadi karena menolak terang, dan karena mencoba membuang kunci pengetahuan. Kamu sesat dalam hal ini, sebab kamu tidak mengerti. Perhatikanlah, ketidaktahuan atau kebodohan adalah penyebab terjadinya kekeliruan tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang. Apakah sebenarnya kebangkitan itu, orang yang paling bijaksana dan terbaik sekalipun tidak akan mengetahui apa-apa mengenainya. Seperti apa kita nanti jadinya, belumlah tampak. Ini adalah suatu kemuliaan yang nanti akan dinyatakan. Bila kita berbicara tentang keadaan jiwa-jiwa yang terpisah, kebangkitan badan, serta kebahagiaan dan kesengsaraan abadi, langsung saja kita akan menjadi bingung. Kita tidak bisa mengatur pembicaraan kita karena semua masih gelap. Tetapi kita tidak dibiarkan tetap tinggal dalam kegelapan mengenai hal ini. Terpujilah Allah karenanya! Dan mereka yang menyangkalnya, bersalah karena sengaja tidak mau tahu atau tidak tersentuh dengan kebenarannya. Tampaknya, di antara orang-orang Kristen pun ada semacam orang-orang Saduki juga, yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati (1Kor. 15:12), dan ada juga beberapa yang memang menyangkalinya, dengan menjadikan kebangkitan itu sebagai sebuah kiasan belaka dengan mengatakan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung.
- Sekarang perhatikan baik-baik:
- (1) Mereka tidak mengerti kuasa Allah, yang akan memimpin manusia memahami adanya kebangkitan dan kehidupan yang akan datang. Perhatikanlah, kebodohan, ketidakpercayaan, atau kurang kepercayaan tentang kuasa Allah, merupakan akar dari banyak kekeliruan, khususnya bagi mereka yang menyangkal adanya kebangkitan. Ketika kita diberi tahu tentang keberadaan dan fungsi jiwa dalam keadaan terpisah dari tubuh, khususnya tubuh yang telah mati dan dikuburkan selama berabad-abad dalam liang kubur, dan telah berubah menjadi debu biasa dan hina, dan kemudian debu ini akan dibangkitkan menjadi tubuh yang sama seperti sebelumnya, hidup, bergerak, dan bertindak, maka langsung saja kita berujar, "Bagaimana mungkin hal-hal ini bisa terjadi?" Alam memberikan pepatah seperti ini, A privatione ad habitum non datur regressus -- Kebiasaan menghubungkan sesuatu pada keadaan yang ada akan sirna bersama keadaan itu sendiri. Bila seseorang meninggal dunia, apakah ia akan hidup kembali? Karena orang-orang bodoh tidak mampu memahami caranya, mereka mempertanyakan kebenaran itu, padahal, bila kita sungguh-sungguh percaya kepada Allah Bapa yang mahakuasa, bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, maka semua kesulitan ini akan lenyap. Karena itu, pertama-tama kita harus berpegang teguh pada keyakinan bahwa Allah itu mahakuasa, dan bisa melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Setelah itu, tidak akan ada lagi ruang untuk meragukan apakah Ia akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya. Kalau begitu, mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Allah membangkitkan orang mati? (Kis. 26:8). Kekuasaan-Nya jauh melampaui kekuasaan alam ini.
- (2) Mereka tidak mengerti Kitab Suci, yang menyatakan dengan tegas bahwa akan ada kebangkitan dan kehidupan yang akan datang. Kuasa Allah yang ditetapkan dan digerakkan oleh janji-Nya merupakan landasan untuk membangun iman. Nah, Kitab Suci mengatakan dengan jelas bahwa jiwa itu kekal, dan akan ada kehidupan lain setelah kehidupan ini. Itulah maksud pengajaran hukum Taurat dan nabi-nabi, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar (Kis. 24:14-15). Ayub mengetahui hal ini (Ayb. 19:26), Yehezkiel juga menubuatkannya (Yeh. 37), dan Daniel menubuatkannya dengan jelas (Dan. 12:2). Kristus bangkit sesuai dengan Kitab Suci (1Kor. 15:4), begitu juga kita akan dibangkitkan. Oleh karena itu, mereka yang menyangkal kebangkitan mungkin belum meneliti Kitab Suci dengan cermat, atau tidak mempercayainya, atau tidak bisa mengerti makna dan maksudnya secara benar. Perhatikanlah, tidak memahami Kitab Suci akan menimbulkan banyak kerugian.
- . Ia meralat kesalahan mereka, dan (ay. 30) membetulkan gagasan bodoh mereka tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang, serta memperbaiki pengajaran ini dengan dasar yang benar dan abadi. Perhatikan baik-baik keadaan yang terjadi saat kebangkitan:
- (1) Keadaan pada saat kebangkitan itu tidak sama seperti kehidupan yang sedang kita jalani sekarang di atas bumi ini, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan. Dalam kehidupan kita sekarang, perkawinan memang diperlukan, dilembagakan dalam kekudusan. Sekalipun bentuk-bentuk kelembagaan lainnya diganggu atau diabaikan, lembaga yang satu ini tidak pernah dikesampingkan, bahkan sampai akhir zaman. Di dunia lama, mereka kawin dan dikawinkan. Ketika orang-orang Yahudi dalam pengasingan di Babel dan tercerabut dari macam-macam ketetapan lain, mereka tetap diminta untuk mengambil istri (Yer. 29:6). Semua bangsa beradab menyadari pentingnya kewajiban dalam perjanjian pernikahan, yang diperlukan untuk memenuhi hasrat dan melengkapi kekurangan sifat manusia. Tetapi, dalam kebangkitan, tidak akan ada perkawinan. Beberapa orang dengan penuh rasa ingin tahu membahas apakah dalam tubuh yang dipermuliakan akan ada perbedaan jenis kelamin (pendapat orang-orang kuno terbagi mengenai hal ini). Tetapi, ada perbedaan jenis kelamin atau tidak, yang pasti tidak akan ada penyatuan jenis kelamin. Bila Allah menjadi semua di dalam semua, tidak diperlukan lagi penolong yang lain, tubuh ini akan menjadi tubuh rohaniah, tidak memiliki lagi hasrat kedagingan yang perlu dipenuhi. Ketika tubuh rohaniah telah disempurnakan, tidak perlu lagi mencari keturunan ilahi yang menjadi salah satu tujuan lembaga perkawinan (Mal. 2:15). Di sorga tidak akan ada lagi kemerosotan kehidupan jasmani manusia, dan karena itu tidak akan ada lagi makan dan minum. Tidak ada lagi kemerosotan keturunan, karena itu tidak ada perkawinan. Di mana maut tidak akan ada lagi (Why. 21:4), sehingga tidak perlu lagi ada kelahiran. Kehidupan perkawinan terdiri atas kesukaan dan kesusahan. Mereka yang memasukinya diajar untuk paham bahwa perkawinan itu sesuatu yang bisa berubah-ubah, ada kelimpahan dan kekurangan, ada sakit dan sehat. Dan semuanya ini sesuai dengan keadaan dunia yang bercampur dan penuh perubahan ini. Kalau di neraka tidak ada lagi sukacita, tidak terdengar lagi suara mempelai laki-laki dan suara pengantin perempuan, maka di sorga selalu ada sukacita, tidak ada lagi kesusahan, kesakitan, atau kesukaran, dan karena itu tidak perlu ada saling kawin-mengawinkan. Sukacita pada saat itu sungguh suci murni dan rohaniah sifatnya, yang berasal dari perkawinan mereka semua dengan Sang Anak Domba, bukan dari perkawinan di antara mereka satu dengan yang lainnya.
- (2) Kehidupan saat itu sama seperti kehidupan malaikat yang sekarang ada di dalam surga. Hidup mereka seperti malaikat di sorga. Kehidupan malaikat memang demikian adanya, dan tidak diragukan lagi bahwa kita juga akan menjadi seperti itu. Mereka sudah ada di dalam Kristus yang menjadi Kepala mereka, dan yang telah memberi mereka tempat bersama-sama dengan Dia di sorga (Ef. 2:6). Roh orang-orang benar yang sudah disempurnakan akan sama seperti kumpulan beribu-ribu malaikat (Ibr. 12:22-23). Manusia diciptakan Allah hampir sama seperti Allah (Mzm. 8:6), tetapi dalam penebusan dan pemulihan yang sempurna, manusia akan menjadi seperti malaikat, bersifat murni dan rohaniah seperti malaikat, penuh hikmat dan kasih seperti para Serafim yang diberkati, selalu memuji Allah seperti mereka dan bersama mereka. Tubuh orang-orang kudus akan dibangkitkan dalam keadaan yang sempurna dan mulia, sama seperti roh-roh yang murni dan kudus itu (1Kor. 15:42 dst), mampu bergerak cepat dan kuat. Oleh karena itu, sekarang kita harus berhasrat dan berusaha sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah seperti yang dilakukan oleh para malaikat di sorga, karena kita berharap tidak lama lagi kita akan menjadi seperti malaikat-malaikat yang selalu memandang wajah Bapa. Tuhan Yesus tidak mengatakan apa pun tentang kehidupan orang-orang jahat dalam kebangkitan, tetapi kita bisa mengambil kesimpulan sebaliknya, tentunya mereka akan menjadi seperti setan-setan, karena mereka telah mengumbar semua hawa nafsu mereka.
- IV. Pernyataan yang dipakai Kristus untuk menegaskan kebenaran agung tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang. Karena hal ini merupakan masalah besar, Ia menganggap tidak akan cukup (seperti juga pada beberapa perbantahan lainnya) untuk hanya mengungkapkan kekeliruan dan alasan licik yang ada dalam bantahan orang-orang Saduki itu, tetapi harus mendukung kebenaran itu dengan pernyataan kokoh yang memberikan dasar bagi kebenaran itu. Kristus menyatakan hukum maupun kemenangan bagi kebenaran itu, supaya para pengikut-Nya bisa mempunyai alasan untuk berharap akan penghakiman dan kemenangan itu.
- . Dari mana Kristus mengambil penjelasan-Nya? Dari Kitab Suci yang adalah gudang senjata terbesar untuk melengkapi kita dengan senjata-senjata rohani, baik untuk menyerang maupun bertahan. Ungkapan "telah tertulis" merupakan pedang Goliat. Tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah?
- Perhatikanlah:
- (1) Apa yang dikatakan Kitab Suci adalah apa yang difirmankan Allah.
- (2) Apa yang dikatakan kepada Musa juga dikatakan kepada kita. Firman itu disabdakan dan ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita.
- (3) Penting bagi kita untuk membaca dan mendengar apa yang telah difirmankan Allah, karena firman itu dinyatakan kepada kita. Pertama-tama difirmankan bagi kamu, wahai orang-orang Yahudi, karena bagi kalianlah firman itu dijanjikan Allah. Penjelasan itu diambil dari kitab-kitab Musa, karena orang-orang Saduki ini hanya mau menerima kitab-kitab ini saja, (menurut pendapat sebagian orang,) atau setidaknya kitab-kitab yang diakui secara resmi saja. Karena itu Kristus mengambil bukti dari sumber yang paling tak terbantahkan. Para nabi setelah Musa lebih banyak mengungkapkan bukti kehidupan yang akan datang daripada yang ada di dalam Taurat Musa. Meskipun Taurat Musa menganggap kekekalan jiwa dan kehidupan yang akan datang merupakan prinsip-prinsip dari apa yang dinamakan ciri khas agama, namun tidak ada pernyataan jelas yang diungkapkan oleh Taurat Musa. Karena banyak bagian dari hukum Taurat itu bersifat khusus bagi bangsa itu, maka perlu disertai dengan peraturan-peraturan lokal dengan sejumlah janji dan ancaman yang bersifat sementara, sedangkan pernyataan jelas untuk mengungkapkan kehidupan yang akan datang disimpan untuk masa-masa berikutnya. Namun, Juruselamat kita tetap saja menemukan sebuah bukti pernyataan yang sangat mantap mengenai kebangkitan di dalam tulisan-tulisan Musa itu. Banyak kebenaran Kitab Suci masih terbenam di dalam tanah, sehingga perlu digali lebih dalam.
- . Dasar apa yang dipakai-Nya? (ay. 32), Akulah Allah Abraham.
- Walaupun bukan merupakan bukti yang dinyatakan dengan jelas, totidem verbis -- dengan begitu banyak kata, namun benar-benar merupakan pernyataan yang dengan sendirinya sudah menyimpulkan hal lainnya. Kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari Kitab Suci, bila memang disimpulkan dengan benar, maka harus diterima sebagai alkitabiah, karena Kitab Suci ditulis bagi mereka yang menggunakan kemampuan akal budi untuk bernalar.
- Sekarang tujuan penjelasan ini adalah untuk membuktikan:
- (1) Bahwa ada kehidupan yang akan datang, kehidupan lain setelah kehidupan ini, di mana orang-orang benar akan sungguh-sungguh berbahagia terus-menerus. Hal ini dibuktikan dari apa yang dikatakan Allah, "Akulah Allah Abraham."
- [1] Menjadikan Allah sebagai Allah seseorang, mengandaikan adanya beberapa hak istimewa dan kebahagiaan yang luar biasa. Jika tidak mengenal Allah sepenuhnya, kita tidak akan dapat memahami kekayaan kata-kata, Aku akan menjadi Allah bagimu, yaitu seorang Penolong seperti diriku sendiri. Allah dari orang Israel adalah Allah bagi orang Israel (1Taw. 17:24), Penolong rohaniah, karena Ia adalah Bapa segala roh, dan karena Ia memberkati dengan berkat-berkat rohaniah. Ia menjadi Penolong yang mencukupi semuanya, Allah yang mencukupi, Kebaikan yang limpah, Penolong yang abadi. Karena Ia sendiri adalah Allah yang kekal, maka Ia juga akan menjadi Allah selamanya bagi mereka yang ada di dalam kovenan atau perjanjian dengan-Nya. Firman yang luar biasa ini telah sering disampaikan Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, yang dimaksudkan-Nya sebagai pahala atas iman dan ketaatan mereka yang utuh karena telah meninggalkan negeri mereka sendiri demi panggilan-Nya. Orang-orang Yahudi sangat menghormati ketiga tokoh bapa gereja ini, dan mereka turut menerima janji Allah turun-temurun.
- [2] Ternyata ketiga tokoh yang baik ini tidak memiliki kebahagiaan luar biasa dalam kehidupan ini, sebagai kegenapan firman yang begitu luar biasa. Mereka menjadi orang asing di negeri perjanjian, mengembara, dan diimpit kelaparan. Mereka tidak memiliki sejengkal tanah pun selain tanah pemakaman. Tetapi justru hal ini mengarahkan mereka untuk mencari sesuatu yang melampaui kehidupan ini. Dalam hal kenikmatan hidup pada saat itu, mereka jauh tertinggal dibandingkan dengan para tetangga mereka yang adalah orang-orang asing terhadap kovenan ini. Lalu apa yang ada di dunia ini yang membedakan mereka dan para ahli waris iman mereka dari orang lain, yang menggambarkan kemuliaan dan keunggulan kovenan Allah itu? Seandainya tidak ada kebahagiaan yang disediakan bagi para tokoh yang agung dan baik ini di sisi lain dari kematian ini, maka kata-kata Yakub ketika ia telah menjadi tua (Kej. 47:9), tahun-tahun hidupku sedikit saja dan buruk adanya, akan menjadi celaan kekal terhadap kebijaksanaan, kebaikan, dan kesetiaan Allah yang sering menamakan diri-Nya sebagai Allah Yakub.
- [3] Oleh karena itu, pastilah ada kehidupan yang akan datang, di mana Allah hidup selamanya untuk memberikan pahala kekal, dan demikian pula Abraham, Ishak, dan Yakub akan terus hidup untuk menerima pahala kekal itu. Apa yang ditulis dalam Ibrani 11:16 menjadi kunci pernyataan ini, ketika ia menulis tentang iman dan ketaatan para tokoh nenek moyang ini di tanah pengembaraan mereka, ia menambahkan, sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka, sebuah kota sorgawi. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa seandainya Allah belum mempersiapkan dengan begitu baik sebuah tempat bagi mereka di dunia lain, dan mengingat bahwa mereka berhasil mempertahankan iman, maka Ia akan malu menyebut diri-Nya sebagai Allah mereka. Tetapi sekarang Ia tidak merasa malu, karena Ia telah mempersiapkan semuanya bagi mereka, untuk menjawab iman mereka dengan sebenar-benarnya dan seutuh-utuhnya.
- (2) Bahwa jiwa itu kekal, dan tubuh akan dibangkitkan kembali dan dipersatukan. Bila uraian di atas telah dipahami, maka uraian berikut ini akan menegaskannya. Kehidupan yang akan datang itu juga dibuktikan dengan memperhatikan saat ketika Allah berbicara kepada Musa dari tengah-tengah semak duri, lama setelah kematian Abraham, Ishak, dan Yakub. Allah tidak berkata, "Dahulu Aku," atau "pernah," tetapi Ia berkata (dengan merujuk pada waktu sekarang ini), "Akulah Allah Abraham." Jadi, Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Ia adalah Allah yang hidup, dan Ia menyampaikan hal-hal penting bagi mereka yang menjadikan Dia sebagai Allah. Seandainya Abraham mati dan segala sesuatu berakhir dengan dia, maka begitu pula hubungan Allah dengan dia sebagai Allahnya. Tetapi, pada saat itu, ketika Allah berbicara kepada Musa, Allah berkata bahwa Ialah Allah Abraham, karena itu pastilah Abraham saat itu dan sampai sekarang masih hidup. Jadi ini membuktikan adanya kekekalan jiwa dalam keadaan yang diberkati, dan karena itu pula bisa disimpulkan adanya kebangkitan tubuh. Jiwa manusia memiliki kecenderungan bersatu dengan tubuhnya, dan karena itu pemisahan akhir dan kekal antara tubuh dan jiwa akan bertentangan dengan kebahagiaan mereka yang menjadikan Allah sebagai Allah mereka. Tetapi, pemikiran orang-orang Saduki terbalik, mereka mengatakan bahwa persatuan antara tubuh dan jiwa itu begitu dekat, sehingga ketika tubuh mati, maka jiwa juga turut mati bersamanya. Namun, kita juga dapat menggunakan dasar pemikiran yang sama, yaitu bahwa bila jiwa itu hidup, dan pasti demikian, tentunya pada satu saat nanti tubuh itu juga hidup bersamanya. Di samping itu, Tuhan itu juga Tuhan bagi tubuh, tubuh itu merupakan bagian penting bagi manusia. Ada sebuah kovenan dengan debu tanah, yang akan selalu diingat, karena kalau tidak, manusia tidak akan berbahagia. Tugas yang diberikan oleh para nenek moyang yang akan meninggal tentang tulang-tulang mereka, merupakan bukti bahwa dengan iman mereka memiliki pengharapan akan kebangkitan tubuh mereka. Namun, pengajaran ini disimpan untuk diungkapkan sepenuh-penuhnya setelah kebangkitan Kristus, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal dunia.
- Akhirnya, kita membaca hasil akhir perdebatan ini. Orang-orang Saduki itu bungkam (ay. 34), dan dengan begitu menjadi malu. Mereka mengira dengan kelicikan, mereka dapat mempermalukan Kristus, tetapi dalam kenyataannya mereka sendirilah yang mempersiapkan aib bagi diri sendiri. Tetapi orang banyak menjadi takjub akan pengajaran-Nya (ay. 33).
- . Karena pengajaran itu baru bagi mereka. Lihatlah, betapa buruknya uraian Kitab Suci yang disampaikan kepada mereka selama ini, sampai-sampai mereka pun menjadi takjub akan penjelasan-Nya itu seperti sebuah mujizat, karena mereka mendengarkan janji yang sangat mendasar yang ada dalam kebenaran agung ini. Mereka menyesali para ahli Taurat yang tidak menjadikan kebenaran ini sebagai berita bagi mereka.
- . Karena ada sesuatu yang sangat indah dan agung di dalamnya. Kebenaran akan tampak lebih cerah dan lebih dikagumi bila dipertentangkan. Perhatikan baik-baik, banyak orang yang menyangkal kebenaran menjadi bungkam, dan banyak orang yang mendengar kebenaran itu menjadi takjub, tetapi tidak ada dari mereka yang mau bertobat supaya diselamatkan. Walaupun demikian, dalam kebungkaman dan ketakjuban jiwa-jiwa yang tidak dikuduskan ini, Allah tetap memuliakan hukum-Nya, memuliakan Injil-Nya, dan menjadikan keduanya terhormat.
Matthew Henry: Mat 22:34-40 - Hukum yang Terutama Hukum yang Terutama (22:34-40)
Di sini kita membaca tentang percakapan antara Kristus dan seorang Farisi yang ahli hukum tentang hukum yang terutam...
Hukum yang Terutama (22:34-40)
- Di sini kita membaca tentang percakapan antara Kristus dan seorang Farisi yang ahli hukum tentang hukum yang terutama di dalam hukum Taurat.
- Perhatikan baik-baik:
- I. Kumpulan orang Farisi menentang Kristus (ay. 34). Mereka mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, telah mengatup mulut mereka, meskipun pemahaman mereka sendiri belum terbuka. Orang-orang Farisi itu berkumpul, bukan untuk menyampaikan terima kasih dari pihak mereka seperti yang seharusnya dilakukan atas keberhasilan Kristus menegaskan dan meneguhkan kebenaran terhadap orang-orang Saduki yang menjadi musuh agama mereka. Sebaliknya, mereka malah mencobai Dia dengan harapan mendapat nama baik dengan membingungkan Dia yang telah berhasil membingungkan orang Saduki. Bukannya merasa senang bahwa orang-orang Saduki telah dibungkamkan, mereka malah merasa lebih jengkel karena Dia dihormati. Mereka lebih peduli pada kelaliman dan tradisi mereka sendiri yang selama ini ditentang oleh Kristus daripada pengajaran tentang kebangkitan dan kehidupan mendatang yang ditentang oleh orang Saduki. Perhatikanlah, sikap ini merupakan contoh bentuk iri hati dan kedengkian model orang Farisi, yakni suka merasa tidak senang bila orang lain yang tidak disukai berhasil mempertahankan suatu kebenaran yang diimani. Rasul Paulus yang terberkati memiliki pemikiran yang sebaliknya (Flp. 1:18).
- II. Pertanyaan yang diajukan si ahli hukum itu kepada Kristus. Para ahli hukum seperti orang ini adalah orang-orang yang belajar dan sekaligus mengajar hukum Musa, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat pada umumnya. Tetapi sebagian orang berpendapat bahwa para ahli hukum seperti ini lebih menekuni pertanyaan-pertanyaan praktis daripada ahli Taurat pada umumnya. Mereka mempelajari dan mengakui praktik keagamaan sehari-hari. Si ahli hukum ini bertanya untuk mencobai Dia, tetapi ia tidak bermaksud menjebak Dia, sebagaimana yang tampak pada penuturan Markus tentang kisah ini, di mana dialah orangnya yang dituju oleh Kristus ketika berkata, "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (Mrk. 12:34). Orang itu hanya ingin mengetahui apa pendapat Kristus, dan mengadakan percakapan dengan-Nya, untuk memuaskan rasa ingin tahunya sendiri dan juga kawan-kawannya.
- . Pertanyaannya adalah, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak ada gunanya, karena semua hukum Allah adalah mulia (Hos. 8:12), dan semua kebijaksanaan dari sorga tidak bisa dipilah-pilah, tidak boleh memandang bulu dalam pengajaran Taurat (Mal. 2:9), semua hukum Allah harus dihormati. Namun, ada benarnya juga kalau dikatakan bahwa ada beberapa perintah yang memang merupakan dasar bagi aturan-aturan Allah. Perintah-perintah semacam ini cakupannya lebih luas dan mencakup perintah-perintah lainnya. Juruselamat kita berbicara tentang yang terpenting dalam hukum Taurat (23:23).
- . Maksudnya adalah untuk menguji Dia, atau mencobai Dia, apakah pengetahuan-Nya sepadan dengan segala penghakiman yang dibuat-Nya selama ini. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sering diperdebatkan di antara para peneliti hukum Taurat sendiri. Beberapa orang mengatakan bahwa hukum penyunatan adalah hukum yang terutama, yang lain mengatakan hukum Hari Sabat, yang lain lagi lebih mengutamakan hukum korban, masing-masing sesuai dengan pengajaran yang paling menyentuh hati dan kegiatan mereka masing-masing. Sekarang mereka ingin menguji apa jawab Kristus atas pertanyaan ini, dengan harapan untuk menyulut kemarahan orang banyak terhadap-Nya, seandainya Ia tidak menjawab sesuai pendapat umum. Bila Ia mengutamakan salah satu perintah, mereka akan menuduh-Nya dengan tuduhan melecehkan perintah-perintah yang lain. Pertanyaan itu tidak terlampau berbahaya. Dengan membandingkan apa yang ditulis dalam Lukas 10:27-28, tampaknya sudah menjadi suatu butir kesepakatan di antara para ahli hukum bahwa kasih kepada Allah dan sesama kita merupakan hukum yang terutama dan inti dari hukum-hukum lainnya, dan di sini Kristus menyetujui pendapat demikian. Karena itu, bila sekarang mereka mempertanyakan hal itu kepada-Nya, tampaknya mereka lebih bermaksud melecehkan Dia dengan menguji-Nya seperti seorang anak kecil, daripada bermaksud untuk mendebat Dia dengan penuh kebencian sebagai seorang lawan.
- III. Jawaban Kristus atas pertanyaan ini. Pertanyaan seperti itu layak juga kita tanyakan kepada-Nya sehingga kita dapat memperoleh jawaban-Nya. Orang-orang besar tidak akan merasa dilecehkan bila mereka harus menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana. Sekarang Kristus mempercayakan perintah ini kepada kita sebagai perintah-perintah agung, supaya kita jangan mengucilkan perintah lain, tetapi sebaliknya merangkumnya juga.
- Perhatikan baik-baik:
- . Hukum manakah yang terutama (ay. 37-39). Bukan hukum-hukum pengadilan. Hukum-hukum tersebut tidak mungkin menjadi yang terutama, karena jumlah orang Yahudi yang berurusan dengan hukum-hukum itu begitu sedikit. Bukan juga hukum-hukum yang sifatnya upacara belaka, karena sudah semakin usang dan segera lenyap. Juga bukan ajaran moral tertentu. Sebaliknya, hukum yang terutama adalah kasih kepada Allah dan sesama, yang menjadi sumber dan landasan bagi hukum-hukum lainnya, yang tentu saja mengikuti hukum-hukum utama tersebut.
- (1) Semua hukum digenapi dalam satu kata, yaitu kasih (Rm. 13:10). Semua kepatuhan dimulai dari kasih sayang, dan tidak akan sesuatu apa pun dalam agama yang bisa dilakukan dengan benar jika tidak ada rasa kasih terlebih dahulu. Kasih adalah rasa sayang yang menuntun, yang memberikan hukum dan landasan bagi hukum-hukum lainnya. Oleh karena itu, sebagai benteng utama, kasih itu harus diberikan dan dipertahankan bagi Allah. Manusia adalah ciptaan yang dibentuk untuk kasih, karena itu hukum yang tertulis di dalam hati adalah hukum kasih. Kasih adalah sebuah kata yang singkat dan manis. Bila kasih itu memenuhi hukum, pastilah kuk perintah itu akan terasa sangat mudah. Kasih adalah perhentian dan kepuasan jiwa. Bila kita berjalan di jalan yang sudah tua tetapi indah ini, kita akan menemukan perhentian.
- (2) Mengasihi Allah adalah perintah pertama dan terutama dari semuanya, dan merupakan intisari dari semua perintah yang tertulis di atas loh batu yang pertama. Tindakan kasih yang dilakukan dengan benar akan membawa kepuasan. Kebaikan adalah tujuan yang benar dari kasih. Nah, Allah yang kebaikan-Nya tidak terbatas, sejak permulaan dan sampai selama-lamanya, harus menjadi yang pertama-tama untuk dikasihi, tidak boleh ada yang dikasihi selain Dia dan apa yang dikasihi karena Dia. Kasih adalah hal pertama dan terutama yang dituntut Allah dari diri kita, dan karena itu menjadi hal pertama dan terutama yang kita persembahkan kepada-Nya.
- Sekarang, di sini kita diarahkan:
- [1] Untuk mengasihi Allah sebagai Allah kita, Kasihilah Tuhan, Allahmu seperti milikmu sendiri. Perintah yang pertama adalah, Janganlah ada padamu allah lain, yang secara tidak langsung menyatakan kita harus memiliki Dia sebagai Allah kita, dan hal itu akan menarik kasih kita kepada-Nya. Mereka yang menjadikan matahari dan bulan sebagai allah mereka, juga mengasihi benda-benda langit itu (Yer. 8:2; Hak. 18:24). Mengasihi Allah seperti milik kita sendiri adalah mengasihi Dia karena Ia adalah milik kita, Pencipta kita, Pemilik kita, dan Penguasa kita. Oleh karena itu, kita harus bertingkah laku layaknya Dia milik kita, dengan segala ketaatan dan ketergantungan pada-Nya. Kita harus mengasihi Allah sebagaimana Dia sudah diperdamaikan dengan kita, dan Dia sudah menjadikan Dia milik kita melalui perjanjian-Nya sendiri. Itulah dasarnya mengapa Dia adalah Allahmu.
- [2] Mengasihi Dia dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi kita. Beberapa orang berpendapat bahwa ketiga hal ini menunjukkan sesuatu yang sama, yaitu mengasihi Dia dengan segenap kekuatan kita. Sementara ada juga yang membedakan ketiga hal itu dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hati, jiwa, dan akal budi adalah kehendak, kasih sayang, dan pengertian; atau indra kemampuan yang sangat penting untuk hidup yang mencakup masalah merasa dan berpikir. Kasih kita kepada Allah haruslah kasih yang tulus, bukan hanya kata-kata di lidah saja, seperti mereka yang berkata mengasihi Dia, tetapi hati mereka tidak bersama Dia. Kasih itu haruslah kasih yang kuat, kita harus mengasihi Dia pada tingkat yang paling dalam. Sebagaimana kita harus memuji Dia, begitu juga kita harus mengasihi Dia, dengan segenap batin kita (Mzm. 103:1). Kasih itu haruslah tunggal dan terunggul, kita harus mengasihi-Nya lebih dari segala yang lain. Inilah seluruh alur yang harus dilalui oleh kasih sayang kita. Hati harus menyatu dalam mengasihi Allah, tidak boleh terbagi-bagi. Semua kasih kita terlampau kecil untuk dipersembahkan kepada-Nya, dan karena itu segenap kekuatan jiwa harus dikerahkan dan dibawa kepada-Nya. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama, karena kepatuhan pada hal ini menjadi sumber kepatuhan bagi semua hukum lainnya. Semua hukum lainnya akan diterima kalau mengalir dari kasih itu.
- (3) Mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri adalah hukum utama yang kedua (ay. 39). Hukum ini sama dengan yang pertama. Hukum ini merangkum semua perintah yang tertulis di atas loh batu yang kedua, seperti halnya dengan yang pertama. Hukum ini sama dengan hukum yang pertama tadi, karena hukum ini didirikan di atas dan mengalir dari situ. Kasih yang benar kepada saudara kita, mereka yang bisa kita lihat, merupakan contoh dan bukti kasih kita kepada Allah, yang tidak bisa kita lihat (1Yoh. 4:20).
- [1] Secara tersirat ini berarti kita harus mengasihi diri kita sendiri. Ada kasih diri yang merusak dan menjadi akar dari dosa-dosa besar, kasih semacam itu harus dibuang dan dimatikan. Tetapi ada jenis kasih diri yang alami, yaitu kasih yang mengatur kewajiban paling utama. Kasih diri semacam ini harus dilestarikan dan dikuduskan. Kita harus mengasihi diri kita sendiri, artinya, kita harus menghargai kemuliaan sifat-sifat kita dengan layak, dan juga memperhatikan kesejahteraan jiwa dan tubuh kita dengan semestinya.
- [2] Telah ditetapkan bahwa kita harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri. Kita harus menghormati dan menghargai semua orang, dan tidak boleh melakukan kejahatan atau merugikan siapa pun. Harus memiliki niat baik kepada semua orang, keinginan yang baik bagi semua orang, dan sekiranya ada kesempatan kita harus berbuat baik kepada semua orang. Kita harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri, dengan sikap jujur dan tulus seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Malah, dalam banyak hal kita harus menyangkal diri demi kebaikan sesama kita. Kita harus menjadikan diri kita pelayan demi kesejahteraan orang lain, dan bersedia mengorbankan milik kita, bahkan mengorbankan diri kita untuk mereka, wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
- . Perhatikan baik-baik bagaimana bobot dan keutamaan perintah-perintah ini (ay. 40). Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Artinya, kedua hukum ini merupakan intisari dan isi dari semua perintah yang berkaitan dengan pengamalan iman secara praktis seperti yang tertulis di dalam hati manusia secara alami, dihidupkan kembali oleh Musa, dan didukung serta diperkuat oleh pemberitaan dan tulisan para nabi. Semua tergantung pada hukum kasih. Buanglah hukum kasih itu, maka semuanya akan gugur dan tidak ada yang tersisa lagi. Ritual dan upacara harus memberi jalan bagi hukum kasih ini, begitu pula semua karunia-karunia rohani, karena kasih adalah jalan yang lebih utama. Inilah roh dari hukum Taurat, yang menghidupkan, merekatkan, dan menyatukan hukum Taurat. Kasih menjadi akar dan sumber semua kewajiban lainnya. Seluruh Alkitab, bukan hanya hukum Taurat dan kitab nabi-nabi saja, tetapi juga Injil, hanya menunjuk kasih seperti ini yang merupakan buah iman, dan bahwa kita mengasihi Allah di dalam Kristus serta sesama kita hanya demi kepentingan-Nya. Semua bergantung pada kedua perintah ini, karena pengaruh semua perintah lain itu bergantung pada dijalankannya kedua hukum utama tersebut. Karena, kasih adalah kegenapan hukum Taurat (Rm. 13:10), dan tujuan hukum Taurat adalah kasih (1Tim. 1:5). Hukum kasih itu adalah paku, seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala (Pkh. 12:11), padanya tergantung semua kemuliaan hukum Taurat dan kitab Nabi-nabi (Yes. 22:24), sebuah paku yang tidak akan pernah dicabut, karena pada paku ini akan tergantung semua kemuliaan Yerusalem baru dalam kekekalan. Kasih tidak berkesudahan. Sebab itu, biarlah hati kita diserahkan ke dalam kedua hukum utama ini, diserahkan untuk dibentuk olehnya. Biarlah kita bersungguh-sungguh mempertahankan dan mewujudkan kedua hukum ini, bukan dalam pemikiran, sebutan-sebutan atau permainan kata saja, seolah-olah semua hal tersebut merupakan hal-hal besar yang padanya bergantung semua hukum Taurat dan kitab para nabi, atau seolah-olah bagi semua hal tersebutlah kasih kepada Allah dan sesama kita harus dikorbankan. Bukan, sebaliknya, biarlah hanya kepada kuasa memerintah dari kedua perintah utama ini sajalah semua hal yang lain dibuat tunduk.
Matthew Henry: Mat 22:41-46 - Orang-orang Farisi Dibungkam Orang-orang Farisi Dibungkam (22:41-46)
Banyak pertanyaan telah diajukan oleh orang-orang Farisi kepada Kristus. Dengan itu mereka mengira bisa mem...
Orang-orang Farisi Dibungkam (22:41-46)
- Banyak pertanyaan telah diajukan oleh orang-orang Farisi kepada Kristus. Dengan itu mereka mengira bisa membingungkan Dia, tetapi justru sebaliknya, kekurangan mereka sendirilah yang terungkapkan. Sekarang, lihatlah, Ia mau mengajukan sebuah pertanyaan kepada mereka, dan itu dilakukan-Nya ketika mereka sedang berkumpul bersama-sama (ay. 41). Ia tidak bertanya kepada salah satu dari mereka secara terpisah. Tetapi, untuk lebih mempermalukan mereka, Ia menunggu mereka berkumpul bersama-sama, saat mereka berkumpul dan berunding untuk melawan Dia, dan kemudian membingungkan mereka. Perhatikanlah, Allah senang membingungkan musuh-musuh-Nya ketika mereka merasa menjadi paling kuat. Ia memberi mereka semua keunggulan yang bisa mereka harapkan, dan kemudian menaklukkan mereka. Berkerumunlah kamu, hai segala bangsa! Tetapi kamu akan dipecahkan (Yes. 8:9-10).
- Sekarang kita membaca di sini:
- I. Kristus mengajukan pertanyaan kepada mereka, pertanyaan yang sebenarnya dapat mereka jawab dengan mudah, karena pertanyaan itu ada dalam buku pelajaran agama mereka. Pertanyaannya adalah, "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia? Kamu harapkan menjadi Anak siapakah Mesias itu, yang dijanjikan kepada bapa leluhurmu?" Pertanyaan ini dapat mereka jawab dengan mudah, "Anak Daud." Ini adalah ungkapan yang lazim untuk Sang Mesias, yaitu Anak Daud. Demikianlah ahli-ahli Taurat yang menjelaskan ayat tersebut telah mengajar mereka dengan mengutip dari Mazmur 89:36-37, Aku tidak akan berbohong kepada Daud; anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, kemudian dari Yesaya 9:6, atas takhta Daud, dan terakhir dari Yesaya 11:1, Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai. Perjanjian kerajaan yang dibuat dengan Daud merupakan gambaran perjanjian penebusan yang dibuat dengan Kristus, yang sama seperti Daud dijadikan Raja dengan sumpah, yang mulanya dipandang hina dan kemudian ditinggikan. Bila Kristus adalah Anak Daud, maka sesungguhnya Ia benar-benar Manusia. Bila orang-orang Israel berkata, "Kami sepuluh kali lebih berhak atas raja Daud," dan orang-orang Yehuda menjawab, "Ia adalah darah daging kami," lalu bagian apa lagi yang kita miliki di dalam Anak Daud, yang menanggung sifat kita ke atas diri-Nya sendiri? "Apakah pendapatmu tentang Mesias?" Mereka telah mengajukan banyak pertanyaan kepada-Nya, satu demi satu, dan semuanya diambil dari hukum Taurat. Sekarang Ia datang dan mengajukan pertanyaan berdasarkan janji Allah. Banyak orang yang kepalanya dipenuhi dengan hukum Taurat, sehingga mereka melupakan Kristus, seolah-olah kewajiban yang mereka lakukan akan menyelamatkan mereka tanpa jasa dan anugerah-Nya. Sebenarnya, setiap kita juga harus peduli untuk mengajukan pertanyaan demikian kepada diri kita sendiri, "Apakah pendapat kita tentang Kristus?" Sebagian orang tidak memikirkan Dia sama sekali, Ia tidak ada dalam pikiran mereka. Sebagian berpikir buruk tentang Dia, dan sebagian lainnya hampir tidak pernah berpikir tentang Dia. Tetapi bagi mereka yang percaya, Ia berharga, dan betapa indah segala kepikiran-Nya! (Mzm 139:17 TL). Sementara putri-putri Yerusalem tidak lagi memikirkan Kristus, dan lebih memikirkan kekasih lain, sang pengantin justru memikirkan Dia sebagai Kepala dari berlaksa-laksa orang.
- II. Ia mengajukan pertanyaan sulit kepada mereka, yang tidak bisa mereka jawab dengan mudah (ay. 43-45). Banyak orang merasa begitu siap untuk menyatakan kebenaran, mereka merasa memiliki pengetahuan cukup untuk dibanggakan, tetapi ketika mereka diminta menegaskan kebenaran itu untuk membenarkan dan mempertahankannya, ternyata mereka sendiri tidak tahu, sehingga memalukan saja. Keberatan yang disampaikan Kristus adalah, "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya?" Ia tidak bermaksud menjerat mereka dengan pertanyaan ini, seperti yang biasa mereka lakukan, tetapi Ia ingin memberitahukan kebenaran yang enggan mereka percayai, bahwa Mesias yang mereka tunggu-tunggu sebenarnya adalah Allah sendiri.
- . Sangat mudah memahami bahwa Daud menyebut Kristus sebagai Tuannya, karena hal ini dinyatakan secara ilahi di dalam Roh dan digerakkan oleh roh nubuat. Itu adalah Roh TUHAN yang berbicara dengan perantaraannya (2Sam. 23:1-2). Daud adalah salah satu dari orang-orang kudus yang berbicara oleh dorongan Roh Kudus, khususnya ketika mereka menyebut Kristus sebagai Tuhan. Hal itu akan tetap demikian adanya, bahwa tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan," selain oleh Roh Kudus (1Kor. 12:3). Sekarang, untuk membuktikan bahwa Daud di dalam Roh menyebut Kristus sebagai Tuhan, Ia mengutip Mazmur 110:1, sebuah ayat dalam Kitab Mazmur yang dipahami sebagai Mesias oleh para ahli Taurat. Sudah pasti nabi itu berbicara tentang Dia sendiri, dan bukan tentang orang lain. Nubuat itu mengandung intisari pengajaran tentang Kristus, yang menggambarkan Dia sebagai pemegang jabatan Nabi, Imam, dan Raja, baik dalam keadaannya yang hina maupun sesudah Ia ditinggikan.
- Kristus mengutip seluruh ayat itu yang menunjukkan Sang Penebus dalam kemuliaan-Nya;
- (1) Duduk di sebelah kanan Allah. Ia duduk di sana menunjukkan kegiatan beristirahat dan memerintah. Duduk di sebelah kanan Allah menunjukkan kehormatan tertinggi dan kekuasaan tertinggi yang dipegang-Nya. Baca dan perhatikanlah, betapa indahnya kata-kata yang mengungkapkan hal ini, Ia didudukkan di sebelah kanan takhta Allah Yang Mahabesar (Ibr. 8:1). Lihatlah juga dalam Filipi 2:9 dan Efesus 1:20. Ia tidak mengambil kehormatan ini bagi diri-Nya sendiri, tetapi kehormatan ini ditetapkan oleh kovenan atau perjanjian dengan Bapa-Nya, dan disertai wewenang dari Bapa. Wewenang itu adalah,
- (2) Menaklukkan musuh-musuh-Nya. Di sanalah Ia akan duduk, sampai mereka semua dibuat menjadi sahabat-Nya atau tumpuan kaki-Nya. Keinginan daging, di mana pun juga, adalah perseteruan terhadap Kristus. Penaklukan itu sendiri berarti pertobatan orang-orang yang bersedia mengikuti langkah-langkah kaki-Nya (seperti yang diungkapkan dalam Yes. 41:2). Penaklukan itu juga berarti kebingungan yang dialami musuh-musuh-Nya yang durhaka, yaitu mereka yang akan ditaruh di bawah kaki-Nya, seperti raja-raja tanah Kanaan yang ditaklukkan di bawah kaki Yosua.
- Dikatakan dalam ayat yang dikutip-Nya, bahwa Daud menyebut Sang Mesias, Tuannya. Tuhan, Yehovah, telah berfirman kepada Tuanku. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam menguraikan arti dalam Kitab Suci, kita harus memperhatikan baik-baik dan memikirkan dalam-dalam bukan saja lingkup utama dan maksud dari suatu ayat, tetapi juga kata-kata dan ungkapan yang dipilih Roh untuk menyatakan maksud tersebut, karena sering kali kata-kata dan ungkapan inilah yang sangat berguna dan banyak memberikan pengarahan kepada kita. Dalam ayat di atas, kata yang harus kita perhatikan itu adalah Tuanku.
- . Tidaklah mudah bagi mereka yang tidak mempercayai keilahian Sang Mesias untuk mengerti ketidakmasukakalan dari pernyataan bahwa Kristus adalah Anak Daud. Tidaklah masuk akal bila seorang bapa ketika berbicara mengenai anaknya, menyebutnya sebagai Tuanku, padahal dia telah ada sebelum sang anak itu menggantikan dia. Tetapi, perkataan Daud yang menyebut-Nya Tuhan (ay. 45) meletakkan magis notum -- bukti kebenaran yang lebih jelas lagi, karena apa pun yang dikatakan tentang kemanusiaan dan kehinaan Kristus harus diartikan dan dipahami selaras dengan kebenaran sifat dan kekuasaan ilahi-Nya. Hal ini harus kita pegang teguh, bahwa Ia adalah Tuhan bagi Daud, dan hal itu menjelaskan keberadaan-Nya sebagai anak Daud. Perbedaan yang seolah-olah ada dalam Kitab Suci, seperti dalam ayat tersebut ini, bukan hanya menciptakan, tetapi juga memberikan keindahan dan keserasian atas seluruh isi Kitab Suci. Amicae scripturarum lites, utinam et nostrae -- Perbedaan yang teramati di dalam Kitab Suci itu sifatnya baik dan bermanfaat, dan Allah menghendaki agar perbedaan kita juga demikian adanya!
- III. Ujian Kristus yang ramah ini, untuk menguji pengetahuan orang-orang Farisi ini, berhasil dalam dua hal.
- . Ujian itu membingungkan mereka (ay. 46), Tidak ada seorang pun yang dapat menjawab-Nya. Ini mungkin karena kelalaian mereka sendiri sehingga mereka tidak tahu, ataukah karena mereka memang tidak mau menghormati Tuhan, sehingga mereka tidak mau mengakui Mesias sebagai Allah, padahal kebenaran inilah yang menjadi kunci untuk menjawab kesulitan ini. Segala puji bagi Allah, apa yang tidak bisa dijawab oleh para rabi itu telah membawa pemahaman tentang Injil Kristus kepada orang-orang Kristen yang paling sederhana sekalipun, karena sekarang mereka bisa mengerti bahwa Kristus, sebagai Allah, adalah Tuan-Nya Daud, sedangkan Kristus, sebagai Manusia, adalah anak dari Daud. Kristus tidak segera menjelaskan kebenaran tersebut pada saat itu juga, Ia menunggu sampai bukti tentang hal itu digenapi pada saat kebangkitan-Nya. Tetapi kita semua memperoleh penjelasan sepenuhnya oleh Dia di dalam kemuliaan-Nya, Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud (Why. 22:16). Kristus sebagai Allah adalah Tunas Daud; Kristus sebagai Manusia, adalah Keturunan Daud. Bila kita tidak memegang teguh kebenaran ini, bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang terpuji sampai selama-lamanya itu, maka kita akan membawa diri kita sendiri ke dalam kesulitan yang tidak dapat diatasi lagi. Demikianlah, Daud, bapa leluhur-Nya yang jauh itu menyebut-Nya Tuhan, sementara, Maria, ibu kandung-Nya yang dekat itu, setelah ia mengandung-Nya, menyebut-Nya, Tuhan dan Allah, Juruselamatnya (Luk. 1:46-47).
- . Hal itu membungkam mereka dan semua orang lain yang berusaha mencari jalan melawan Dia. Dan sejak hari itu tidak ada seorang pun juga yang berani menanyakan sesuatu yang bersifat membantah, mencobai, atau menjerat Dia. Perhatikanlah, Allah akan mempermuliakan diri-Nya sendiri dengan membungkam banyak orang yang tidak mau memuliakan Dia dengan menerima keselamatan yang ditawarkan-Nya. Banyak orang diyakinkan, namun tidak mau bertobat oleh firman tersebut. Seandainya mereka bertobat, mereka akan menanyakan lebih banyak lagi pertanyaan, khususnya pertanyaan utama itu, "Apa yang harus kami perbuat supaya diselamatkan?". Namun, karena mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka merasa tidak mau berurusan lagi dengan-Nya. Tetapi, setiap orang yang berusaha melawan sang Guru akan dibuat yakin oleh-Nya tentang perbedaan dalam keserasian, seperti yang dilakukan-Nya terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli hukum di sini.
SH: Mat 22:23-33 - Kembali ke firman Tuhan (Minggu, 4 Maret 2001) Kembali ke firman Tuhan
Terjadinya perbedaan pemahaman teologis seringkali
tidak dapat dihindari. Namun Kristen memiliki dasar
berpijak yang tidak ...
Kembali ke firman Tuhan
Terjadinya perbedaan pemahaman teologis seringkali tidak dapat dihindari. Namun Kristen memiliki dasar berpijak yang tidak pernah berubah sampai kapan pun, walaupun telah dan terus akan muncul banyak teolog dengan berbagai pemahaman yang berbeda bahkan bertentangan sekalipun, yakni firman Tuhan. Kristen harus kembali kepada kebenaran firman Tuhan. Inilah yang senantiasa ditekankan Yesus dalam pengajaran-Nya, kali ini kepada orang Saduki.
Mereka adalah suatu golongan pemimpin agama Yahudi yang sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat-istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka tidak percaya mukjizat termasuk kebangkitan. Berangkat dari ketidakpercayaan ini, mereka mempertanyakan masalah pernikahan poliandri setelah kebangkitan (24-28), karena mereka yakin bahwa pertanyaan ini tidak mungkin dijawab Yesus. Kesalahpahaman teologis orang Saduki berawal dari ketidakpenguasaan keseluruhan dan keutuhan firman Tuhan, sehingga mereka hanya berpijak pada pemahaman yang sepenggal-sepenggal.
Teguran Yesus kepada mereka sangat jelas, keras, dan tegas (29). Keterbatasan pemahaman Kitab Suci membuat mereka membatasi kuasa Allah dan membawa mereka kepada kesesatan, menyimpang dari kebenaran Kitab Suci. Jika mereka menguasai kitab Taurat, maka apa yang dikutip Yesus pun seharusnya menuntun mereka kepada pemahaman yang benar tentang Allah yang hidup dan sanggup memberi kehidupan (31-32).
Renungkan: Betapa berbahaya bila Kristen tidak serius memahami firman Tuhan: sesat dan meragukan kuasa Allah. Jangan tunda lagi, kini saatnya kita kembali kepada firman Tuhan!!
Bacaan untuk Minggu Sengsara 2
Lagu: Kidung Jemaat 52
SH: Mat 22:23-33 - Ajaran Yesus mencengangkan (Rabu, 2 Maret 2005) Ajaran Yesus mencengangkan
Sesudah komplotan Farisi dan Herodian gagal, kini giliran orang
Saduki berusaha menguji Yesus. Pertanyaan mereka berb...
Ajaran Yesus mencengangkan
Sesudah komplotan Farisi dan Herodian gagal, kini giliran orang
Saduki berusaha menguji Yesus. Pertanyaan mereka berbentuk
cerita buatan yang disusun atas dasar ketidakpercayaan mereka
tentang kebangkitan orang mati. Jadi, tujuan pertanyaan mereka
bukan ingin menjebak Yesus ke dalam kesalahan, tetapi mungkin
sekali untuk memaksa Yesus menyetujui mereka. Bila itu terjadi,
secara tidak langsung mereka berhasil memanfaatkan Yesus untuk
mendukung mereka dan menolak ajaran lain.
Masalah dalam strategi itu adalah bahwa mereka yang tidak percaya kebangkitan justru mengajukan pertanyaan mengenai nasib orang yang akan dibangkitkan kelak. Tuhan Yesus menegur mereka dengan keras. Pertama, pemahaman mereka akan Alkitab salah. Mereka mengaku ahli Alkitab, tetapi keliru mengerti isi Alkitab. Referensi Perjanjian Lama tentang kebangkitan orang mati bukan hanya di kitab Daniel (Dan. 12:2), tetapi juga secara implisit di kitab-kitab Musa (Mat. 22:31-32; Kel. 3:6) "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, ..." Kata kerja yang dipakai memakai tensa sekarang yang menunjukkan Abraham sedang hidup. Kedua, pemahaman teologis mereka salah. Mereka tidak percaya Allah berkuasa membangkitkan orang mati. Tuhan Yesus mengajarkan mereka bahwa kuasa Allah akan membuat tubuh kebangkitan itu mulia seperti malaikat. Hubungan-hubungan di antara anak-anak Tuhan tidak lagi seperti hubungan-hubungan yang terbatasi oleh fisik, ruang, dan waktu (ayat 30).
Dalam perikop sebelum ini orang berjumpa dengan hikmat dan integritas Yesus. Kini orang harus mengakui ajaran Yesus yang mencengangkan. Yesus tidak saja penuh integritas, tetapi juga kenal seluruh rahasia Allah. Tak ada guru agama mana pun yang dapat memberikan kita jawaban sepasti Yesus tentang rahasia hidup sesudah kematian.
Renungkan: Sandarkan seluruh kebutuhan Anda untuk memiliki kepastian tentang masa depan dan hidup sesudah kematian sepenuhnya pada Yesus dan ajaran-Nya.
SH: Mat 22:23-33 - Buta terhadap kebenaran (Kamis, 7 Maret 2013) Buta terhadap kebenaran
Ada empat orang buta yang meraba seekor gajah. Ada yang meraba ekornya, kakinya, belalainya, dan badannya.Mereka berdebat mat...
Buta terhadap kebenaran
Ada empat orang buta yang meraba seekor gajah. Ada yang meraba ekornya, kakinya, belalainya, dan badannya.Mereka berdebat mati-matian tentang makhluk bernama gajah.Masing-masing bersikeras dengan pendiriannya dan merasa benar. Demikian halnya dengan orang-orang Saduki yang buta terhadap kebenaran tentang kebangkitan. Apa yang menyebabkan mereka buta terhadap kebenaran?
Pertama, karena berpegang pada ajaran yang salah (23).Orang-orang Saduki tidak percaya bahkan menertawakan kebangkitan orang mati. Orang Saduki bercerita tentang seorang perempuan yang menikah lalu suaminya mati. Dasar cerita ini memang ada di PL yang disebut sebagai hukum levirat (Ul. 25). Hukum ini digunakan untuk memelihara keturunan orang yang telah meninggal. Cerita yang disampaikan oleh orang Saduki dibuat-buat, karena sebetulnya dua saudara sudah cukup untuk menunjukkan maksud mereka.Mereka sengaja membuat cerita sampai tujuh saudara untuk menunjukkan bahwa ajaran tentang kebangkitan orang mati itu tidak masuk akal. Orang Saduki ingin memaksa Yesus menjawab apa yang menjadi pendirian mereka.
Kedua, karena tidak mengerti Kitab Suci dan kuasa Allah (29). Orang Saduki tidak mengerti kebenaran firman Allah sehingga mereka tersesat. Mereka juga tidak mengerti kuasa Allah dengan menganggap kebangkitan sebagai kemustahilan. Mereka tidak percaya bahwa Allah bisa melakukan hal itu karena mereka bersandar pada logika. Yesus membongkar kesalahan orang Saduki dengan mengutip Keluaran 3:6 yang merupakan bagian Alkitab yang juga dipercayai orang Saduki. Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Allah orang hidup dan bukan Allah orang mati. Bagi Musa, Allah adalah Allah yang hidup. Mereka sudah mati secara fisik, tetapi tetap hidup, maka Allah adalah Allah mereka yang hidup sampai selama-lamanya.
Bukalah diri untuk kebenaran, karena bagi orang percaya, kematian bukanlah akhir dari hidup namun justru merupakan awal kehidupan yang sebenarnya bersama Allah di dalam kekekalan.
SH: Mat 22:23-33 - Hidup dalam Kuasa Kebangkitan (Senin, 20 Maret 2017) Hidup dalam Kuasa Kebangkitan
Bagi orang Saduki, tidak ada kebangkitan orang mati. Karena itu, orientasi hidupnya tertuju pada perkara kehidupan duni...
Hidup dalam Kuasa Kebangkitan
Bagi orang Saduki, tidak ada kebangkitan orang mati. Karena itu, orientasi hidupnya tertuju pada perkara kehidupan dunia. Sabda Yesus menunjukkan betapa kuasa kebangkitan melampaui pelbagai masalah yang mereka pertanyakan.
Sebenarnya, kasus yang dipilih untuk ditanyakan kepada Yesus sangat aneh. Bila orang Saduki tidak percaya kebangkitan orang mati, seharusnya mereka tidak perlu berdebat tentang apa yang terjadi pada hari kebangkitan. Maksud mereka bertanya kepada Yesus tidak lain sebagai bentuk penolakan dan menyalahkan ajaran tentang kebangkitan. Jawaban Yesus memperlihatkan kedangkalan dan kekeliruan mereka dalam memahami Kitab Suci dan kuasa Allah. Pola pikir yang salah dapat menjadi penyebab munculnya asumsi yang menyesatkan (29).
Hukum Musa tentang perkawinan dan keturunan dimaksudkan sebagai pedoman saat manusia hidup di dunia ini. Sedangkan kuasa kebangkitan mengatasi hukum dan aturan dunia. Meski demikian, kuasa itu tetap berlaku ketika orang sudah meninggal dunia. Jadi, kuasa kebangkitan membuka pintu bagi manusia untuk mengarahkan orientasi hidupnya pada kekekalan dan kuasa Allah. Hal ini terlihat pada leluhur Israel, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Walau mereka sudah mati, namun Allah Israel disebut sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Karena Allah Israel adalah Allah orang yang hidup. Para leluhur Israel yang sudah meninggal itu hidup karena kuasa kebangkitan menghidupkan mereka (32).
Kebangkitan Yesus menegaskan betapa kuasa Allah tidak berhenti saat kematian. Sebab ada kebangkitan dan hidup yang kekal. Karena itu, sudah menjadi keharusan bagi setiap orang percaya mengarahkan hidupnya pada kesadaran kuasa kebangkitan dan kekekalan.
Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya tidak dapat dihambat oleh siapa pun. Kemanusiaan kita akan menjadi lengkap apabila kehidupan kekal dalam Kerajaan Allah menjadi keputusan utama dalam hidup kita sekarang. [YTP]
SH: Mat 22:23-33 - Keangkuhan yang Bodoh (Minggu, 19 Maret 2023) Keangkuhan yang Bodoh
Pertanyaan tidak selalu diberikan karena ketidaktahuan. Kadang orang bertanya demi meneguhkan kepercayaan atau menjatuhkan oran...
Keangkuhan yang Bodoh
Pertanyaan tidak selalu diberikan karena ketidaktahuan. Kadang orang bertanya demi meneguhkan kepercayaan atau menjatuhkan orang lain.
Inilah yang dilakukan oleh beberapa orang Saduki (musuh kaum Farisi-Yahudi elite) yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati (23). Bagi mereka, kebangkitan adalah lelucon karena Torah (Taurat) tidak menyatakan hal ini.
Mereka menertawakan keyakinan orang Yahudi lainnya akan kebangkitan publik. Mereka mengajukan pertanyaan yang menjelekkan konsep kebangkitan dengan isu pernikahan levirat (24-28; bdk. Ul. 25:5-10). Mereka berpikir bahwa mereka sudah di atas angin dan tidak ada yang bisa melawan mereka.
Namun, dalam sekejap Yesus mempermalukan mereka. Keangkuhan mereka membutakan diri mereka karena Torah jelas-jelas mengajarkan kebangkitan orang mati. Jika Allah telah mengikat perjanjian kekal dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, tetapi tidak ada kebangkitan orang mati, perjanjian kekal tidak akan berarti (31-32). Jelaslah Allah Israel adalah Allah orang-orang hidup, bukan orang-orang mati. Inilah yang Yesus tegaskan.
Allah juga menjanjikan kebangkitan tubuh bagi manusia. Setiap orang yang bangkit akan menjadi seperti malaikat (30). Memang tak ada pernikahan di dunia yang akan datang, tetapi bukan berarti cinta itu sirna, sebab cinta justru akan menjadi sempurna di dalam kasih persaudaraan yang melampaui ikatan suami-istri dan hubungan darah.
Jawaban Yesus membuat mereka yang merasa superior tampak seperti orang bodoh. Mereka merasa direndahkan dan dihina. Mereka diam dalam kebencian dan keinginan untuk membunuh-Nya.
Janganlah menjadi angkuh dan takabur karena sikap inilah yang membuat kita hanya mau mendengarkan apa yang kita mau dengar. Hal ini juga membuat kita merasa superior sehingga membutakan kita dari ketidaktahuan dan kebodohan kita. Keyakinan dan kebanggaan diri yang begitu mengasyikkan dapat membuat manusia tak mampu lagi melihat kebenaran kasih dan karya penebusan Kristus yang sempurna. [JHN]
SH: Mat 22:15-33 - Bukan mencari kebenaran (Minggu, 29 Maret 1998) Bukan mencari kebenaran
Orang Farisi (berarti: yang memisahkan diri) adalah kelompok awam yang menginginkan pembaruan kehidupan rohani. Mereka sangat...
Bukan mencari kebenaran
Orang Farisi (berarti: yang memisahkan diri) adalah kelompok awam yang menginginkan pembaruan kehidupan rohani. Mereka sangat menekankan berbagai peraturan seperti pembasuhan, perpuluhan, dlsb. Orang Saduki (berarti: yang benar) adalah kelompok terdidik yang berbeda pendapat dengan Farisi. Mereka menduduki sebagian besar keanggotaan Sanhedrin, memperkenalkan cara berpikir Yunani, hanya mengakui lima Kitab Musa menolak kebangkitan, dan tidak mengakui pemeliharaan Allah karena percaya bahwa manusia memiliki kemampuan memilih. Kedua kelompok inilah yang bertanya kepada Tuhan Yesus. Sayang mereka tidak sungguh mencari kebenaran, tetapi berupaya mencari kesalahan dari jawab Tuhan Yesus. Orang yang rohani seperti Farisi dan orang yang rasional seperti Saduki, sama bebalnya.
Kewajiban adalah kewajiban. Tuhan tak dapat dijebak oleh Farisi. Orang Farisi mengharapkan jawaban yang entah melawan Kaisar (dengan akibat ditangkap) atau yang mengabdi kaisar (dengan akibat dianggap tidak patriotis). Radikal sekali jawab Yesus. Serahkan kepada kaisar yang milik Kaisar, serahkan kepada Allah yang milik Allah. Tuhan Yesus mengajarkan ketaatan mutlak kepada Allah saja (yang empunya segala-galanya) sambil bersikap penuh tanggungjawab sebagai warga negara.
Mengenal kuasa Allah. Dimana letak kesalahan orang Saduki yang Tuhan sebut sesat itu? Di dalam hal menilai kebenaran rohani dengan ukuran pertimbangan dan pengalaman manusia. Andai saja mereka sungguh mengenal Allah seperti yang Allah nyatakan sendiri di dalam Kitab Suci, mereka pasti akan berjumpa dengan Allah yang Maha Perkasa yang telah menebus nenek moyang mereka dari cengkeraman penjajahan Mesir dan dari segala kuasa gaib kekafiran Mesir.
Renungkan: Tuhan adalah Kebenaran itu sendiri. Semua kebenaran lain yang tak berpaut pada-Nya adalah palsu dan sesat.
Doa: Tuhan, kami ingin menyaksikan kebenaranMu dalam hidup bermasyarakat kami. Tautkan kami kepada diriMu.
SH: Mat 22:15-40 - Kemunafikan vs kasih (Kamis, 11 Maret 2010) Kemunafikan vs kasih
Menurut Anda pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pemuka
agama secara silih berganti kepada Yesus apakah jujur dan...
Kemunafikan vs kasih
Menurut Anda pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pemuka agama secara silih berganti kepada Yesus apakah jujur dan tulus untuk mengenal dan mendapatkan kebenaran? Dari cara Tuhan Yesus merespons kita tahu bahwa jawabannya tidak!
Orang Farisi bisa bersekutu dengan orang Herodian ada-lah suatu hal yang luar biasa. Orang Farisi biasanya membenci orang Herodian karena mereka dianggap pro-pemerintah, sedangkan biasanya orang Farisi pro-rakyat. Namun demi menjatuhkan Yesus, mereka bersekongkol dengan pertanyaan yang menjebak, yaitu apakah seorang Yahudi boleh membayar pajak kepada Kaisar. Jawaban Yesus menegaskan integritas-Nya dan juga tuntutan integritas pada semua orang yang mengikut Dia.
Orang Saduki memang tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Pertanyaan mereka mengenai siapa yang akan menjadi suami pada hari kebangkitan (ayat 24-28) bukan sedang mencari jawaban kebenaran, tetapi menjebak Yesus secara teologis. Jawaban Yesus jelas menegaskan prinsip Alkitab menafsirkan Alkitab serta Dialah Firman Hidup.
Jawaban Yesus atas pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terutama, menukik tajam kepada permasalahan dari para pemuka agama Yahudi tersebut. Kasih adalah rangkuman dari semua pengajaran Taurat. Taurat tidak mengajarkan legalisme ataupun ektremisme, tetapi hukum kasih. Aturan dibuat bukan untuk mengekang tindak tanduk seseorang melainkan untuk membentuk motivasi dan tujuan dia bertindak.
Dorongan untuk menjebak seseorang bukan keluar dari kasih kepada Allah apalagi kepada sesama. Kemunafikan seperti itu harus disadari dan orang yang munafik harus bertobat. Ia perlu belajar mengasihi Allah, dengan menerima dan melakukan kebenaran. Ia perlu belajar mengasihi sesama, sehingga tidak marah malah bersyukur kalau Tuhan memakai sesamanya untuk menegur dirinya!
SH: Mat 22:34-46 - Kasihilah Allah dan manusia. (Senin, 30 Maret 1998) Kasihilah Allah dan manusia.
Tepat dan telak Yesus menjawab orang Farisi dan ahli Taurat. Sari hukum Taurat ialah kasih kepada Allah dan kasih kepada...
Kasihilah Allah dan manusia.
Tepat dan telak Yesus menjawab orang Farisi dan ahli Taurat. Sari hukum Taurat ialah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Kasih adalah hakikat agama yang sejati; kunci dari kehidupan yang seluruhnya merupakan ibadah bagi Allah dan menghasilkan sikap sehari-hari yang menciptakan kerukunan. Kasih kepada Allah membuat orang tidak ingin menyakiti Allah dengan dosa-dosanya. Kasih kepada sesama seperti diri sendiri membuat orang tidak ingin melangkahi hak dan kekudusan hidup yang menjadi milik sesamanya.
Yesus Anak Daud. Jawaban Yesus itu seharusnya sudah cukup membuat orang Farisi itu berhenti menjawab dan menerima Yesus sebagai Tuhan. Sayangnya mereka terlalu sombong atau terlalu bebal untuk berespons demikian. Kini Yesus balik mendesak mereka dengan pertanyaan yang membuat mereka bisa menentukan sikap. Berdasarkan firman Tuhan (Mazmur), Ia mengajak mereka berpikir. Menurut mereka Mesias adalah Anak Daud, padahal Daud menyebut Mesias Tuan. Dengan ucapan itu Tuhan ingin menegaskan bahwa Ia keturunan Daud, namun karena ke-Tuhanan-Nya, Ia lebih besar daripada Daud.
Renungkan: Lebih penting daripada bukti ke-Tuhanan Kristus adalah penghayatannya oleh Kristen kini.
SH: Mat 22:34-40 - Menaati hukum Allah tanpa kasih adalah kehampaan (Senin, 5 Maret 2001) Menaati hukum Allah tanpa kasih adalah kehampaan
Seorang istri pada awalnya tidak mencintai suaminya,
tetapi terpaksa menikah karena perjodohan kedu...
Menaati hukum Allah tanpa kasih adalah kehampaan
Seorang istri pada awalnya tidak mencintai suaminya, tetapi terpaksa menikah karena perjodohan kedua orang- tua mereka. Setiap hari ia hanya melayani suaminya karena kewajibannya sebagai istri. Namun suaminya ini sangat mencintai istrinya dan cintanya ternyata mengubah sikap istrinya. Lama kelamaan sang istri jatuh cinta juga kepada suaminya. Sejak itulah ia tidak lagi melayani suaminya karena kewajiban tetapi karena cintanya. Kedua pasangan suami istri ini tidak lagi hidup dalam kehampaan yang dipenuhi kewajiban, karena bunga-bunga kasih sayang yang mendasari kehidupan mereka berdua.
Pertanyaan seorang ahli Taurat yang bermaksud menyudutkan Yesus karena tidak satu pun dari hukum Musa yang mendapatkan prioritas lebih tinggi untuk ditaati (36). Yesus tidak dapat dicobai melalui pertanyaan apa pun, sebaliknya Ia menggiring ahli Taurat ini kepada hakikat ketaatan kepada Pemberi Hukum Taurat. Yang penting bukan melakukan hurufiah hukum-Nya, tetapi bagaimana hakikat menaati hukum-Nya dalam rangka menaati-Nya. Hukum-hukum yang Allah berikan adalah mencerminkan hakikat-Nya sendiri, yakni KASIH dan bukan kewajiban. Itulah sebabnya menaati hukum-Nya karena kewajiban akan terasa berat dan hampa. Kasih kepada Allah itulah yang menjadi dasar ketaatan kita kepada hukum-Nya.
Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap totalitas kehidupan (37), artinya tidak sedikit pun kita mengorupsi bagi kesenangan, kepentingan, dan keuntungan diri sendiri. Ketika kita tidak sepenuhnya menyatakan kasih kepada Allah, sesungguhnya kita telah gagal mengasihi, karena Allah menuntut kasih sepenuh hati. Oleh karena itu mengasihi sesama pun sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan, dengan sepenuh totalitas kehidupan juga (39). Prinsipnya tidaklah dapat dipisahkan antara mengasihi Tuhan dan sesama.
Renungkan: Kasih kepada Tuhan, sesama, dan diri sendiri, adalah kasih yang utuh dari segenap totalitas kehidupan kita, karena semuanya adalah wujud kasih kita kepada Dia. Jikalau Anda mengalami kehampaan padahal telah berusaha mentaati hukum-Nya, mungkin Anda sedang berjuang melakukan kewajiban ini. Tinggalkan segera! Milikilah kasih sebagai dasar ketaatan kepada-Nya!
SH: Mat 22:34-46 - Ketika Tuhannya Daud berbicara (Kamis, 3 Maret 2005) Ketika Tuhannya Daud berbicara
Semakin kita menelusuri kisah-kisah Yesus, semakin kita takjub
terhadap-Nya. Orang Farisi tampil lagi untuk menco...
Ketika Tuhannya Daud berbicara
Semakin kita menelusuri kisah-kisah Yesus, semakin kita takjub
terhadap-Nya. Orang Farisi tampil lagi untuk mencoba mengukur
ortodoksi iman Yesus. Lagi-lagi jawaban Yesus semakin membuat
diri Yesus cemerlang di hadapan mereka dan orang banyak.
Tentang hukum terbesar dalam Taurat Yesus merangkumkan Sepuluh Perintah Allah ke dalam dua hukum kasih, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (ayat 37-40; Ul. 6:5; Im. 19:18). Ajaran Yesus selaras dengan Perjanjian Lama. Jawaban Yesus sebenarnya tidak hanya memaparkan kebenaran, tetapi juga menelanjangi kejahatan mereka. Apabila Yesus Putra Allah, mereka sudah melanggar hukum pertama sebab mereka tidak mengasihi, tetapi mencobai Yesus. Apabila Yesus hanya manusia biasa, mereka sudah melanggar hukum kedua sebab tujuan mereka bertanya adalah untuk menjatuhkan.
Kini Yesus mengambil prakarsa membalikkan posisi dan status-Nya. Dari ditanya dan mempertahankan diri, kini Ia berbalik menanya dan mendesak mereka (ayat 42). Pertanyaan-Nya sederhana, yaitu siapa Mesias menurut mereka. Jawab menurut iman ortodoks dan tradisi Farisi, Mesias adalah anak Daud. Muatan di dalamnya bernuansa politis. Lalu Yesus makin menyudutkan mereka. Bagaimana mungkin Daud memanggil Mesias sebagai Tuan jika Mesias hanya anaknya, manusia biasa! Artinya, pengharapan mereka tentang siapa dan apa karya Mesias salah, jika hanya di sekitar konsep manusia belaka. Mesias dan karyanya pastilah ilahi sebab Daud menuankan Mesias jauh di atasnya (ayat 45).
Jangan kita ulangi kesalahan Farisi itu, iman ortodoks dan doktrin tanpa tunduk pada Tuhan tidaklah cukup. Bila iman hanya sebatas persetujuan akali, rohani kita menjadi dangkal dan buta.
Renungkan: Mengasihi Tuhan dan sesama, mempertuhankan Yesus dalam hidup bukan soal teori tetapi soal gerak-gerik dan kelakuan sehari-hari.
SH: Mat 22:34-40 - Bijak dalam memberi respons (Jumat, 8 Maret 2013) Bijak dalam memberi respons
Charles Swindoll di dalam bukunya "Kehidupan di tepi tebing yang rapuh" mengatakan bahwa 10% kehidupan dibuat oleh hal-ha...
Bijak dalam memberi respons
Charles Swindoll di dalam bukunya "Kehidupan di tepi tebing yang rapuh" mengatakan bahwa 10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi kepada kita, sedangkan 90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi atau memberi respons.
Bacaan hari ini menyajikan pertanyaan orang Farisi untuk kesekian kalinya kepada Yesus.Perdebatan antara keduanya seringkali berlangsung sengit. Apa yang bisa kita pelajari?
Pertama, kebencian menyebabkan seseorang menutup diri terhadap kebenaran. Orang Farisi seharusnya senang karena Yesus bisa membungkam orang Saduki sehingga kebenaran dinyatakan. Namun, respons orang Farisi justru sebaliknya. Mereka membuat strategi baru, lalu seorang ahli Taurat mengajukan pertanyaan untuk mencobai Yesus. Kebanyakan ahli Taurat adalah orang Farisi.Kebencian mereka kepada Yesus telah menyebabkan mereka tidak senang melihat kebenaran dinyatakan.
Kedua, membalas kebencian dengan kasih. Setiap kali Yesus menjawab pertanyaan orang Farisi, mereka langsung berusaha mencari cara untuk mencobai atau menjebak-Nya. Namun Yesus membalas kebencian dan menanggapi pertanyaan ahli Taurat ini dengan baik, sekalipun pertanyaan tersebut diajukan untuk mencobai. Karena jika Yesus menjawab hukum yang satu sebagai hukum yang terutama, maka Ia seperti menganggap hukum yang lain tidak penting. Yesus bisa dituduh meniadakan hukum Taurat. Meskipun motivasi ahli Taurat tidak baik, Yesus tetap melayani dan menjawab pertanyaan mereka dengan baik. Lalu Yesus merumuskan hukum kasih.
Ketiga, seluruh perintah Tuhan harus kita taati dengan semangat mengasihi Tuhan dan sesama. Kita tidak mungkin bisa menaati hukum yang mana pun dengan benar, kalau dalam diri kita tidak ada kasih kepada Tuhan. Mengasihi Tuhan dengan akal budi atau pikiran, hanya bisa terjadi kalau kita mengenal Allah dengan benar. Orang yang mengasihi Allah, akan mengasihi sesama dan orang yang tidak mengasihi sesama, tidak mungkin mengasihi Allah.
SH: Mat 22:34-46 - Belajar Bertanya dengan Tulus (Selasa, 21 Maret 2017) Belajar Bertanya dengan Tulus
Cara lazim yang dipakai untuk mengajar oleh para guru pada zaman Yesus adalah dengan mengajukan pertanyaan dan kemudian...
Belajar Bertanya dengan Tulus
Cara lazim yang dipakai untuk mengajar oleh para guru pada zaman Yesus adalah dengan mengajukan pertanyaan dan kemudian menerangkan jawabannya. Pertanyaan yang tulus untuk tujuan belajar sangatlah berbeda dengan pertanyaan yang memiliki motif menjebak atau menjatuhkan.
Yesus mampu menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang Farisi, Herodian, dan golongan Saduki. Bahkan pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terbesar dijawab oleh Yesus dengan kuasa dan hikmat Allah, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Jawaban yang Yesus berikan tidak terbantahkan karena hukum terbesar itu telah menyarikan semua yang dituliskan dalam Taurat Musa dan kitab para Nabi.
Beralih dari pihak yang ditanya, Yesus balik bertanya mengapa Daud menyebut Mesias sebagai "tuan", bila Mesias adalah anak keturunan Daud (Mzm.110:1). Pertanyaan Yesus membuat orang-orang yang berupaya mencobai dan menjebak-Nya bungkam seribu bahasa. Keengganan mereka tidak menjawab pertanyaan Yesus karena motif terselubung mereka bukan dilandaskan pada kasih, melainkan pada kejahatan. Jika pertanyaan seseorang dilandasi oleh kasih dan ketulusan, maka kasih tersebut akan mempertemukan orang dengan sesamanya dalam tanya-jawab yang imbang dan sehat. Selain itu, kebungkaman mereka bukan tanda kerendahan hati, melainkan ekspresi kekerasan dan kedegilan hati untuk menyangkal kebenaran Allah.
Sebaliknya, bertanya dengan tulus akan membawa seseorang kepada pencerahan. Karena yang mencari mendapat, yang meminta akan diberi, dan bagi yang mengetok pintu akan dibukakan. Tetapi, sikap congkak justru mengurungkan maksud baik pihak lain untuk menolongnya.
Kecongkakan, ego diri, dan sikap intoleransi akan menutup peluang untuk masing-masing pihak saling belajar dan bertemu dengan yang lain sebagai saudara dalam kemanusiaan. Karena itu, mengasihi Allah tidak dapat berjalan seiring dengan merendahkan sesama. Marilah kita bertanya dengan tulus! [YTP]
SH: Mat 22:34-40 - Kasih yang Holistik (Senin, 20 Maret 2023) Kasih yang Holistik
Memang hal yang manusiawi jika manusia ingin keberadaan dirinya diterima dan diakui. Tetapi, hal ini akan menjadi toxic ketika ke...
Kasih yang Holistik
Memang hal yang manusiawi jika manusia ingin keberadaan dirinya diterima dan diakui. Tetapi, hal ini akan menjadi toxic ketika keinginan tersebut membuat seseorang menjadi mudah merasa terancam dan tersaingi oleh kehadiran orang lain. Akibatnya, orang itu dapat menjatuhkan sesamanya, termasuk dengan cara yang halus, agar reputasinya tetap terjaga.
Orang-orang Farisi bertanya tentang Torah (hukum Taurat) untuk menemukan celah dari ajaran Yesus agar mereka dapat menyalahkan-Nya (34-35). Hasrat untuk meneguhkan kekuasaan membuat mereka buta akan inti Torah, yaitu kasih. Sekalipun mereka tahu bahwa Torah mengajarkan kasih, perbuatan mereka jauh darinya. Tidak ada kasih di sana. Mereka berusaha menggunakan firman Tuhan untuk mencelakakan orang lain, meneguhkan posisi diri sendiri, dan melayani hasrat kekuasaan yang toxic.
Sebagai tokoh agama, sangat mungkin mereka berbicara "atas nama Tuhan", padahal mereka mempunyai agenda tersembunyi. Hal ini sangat mendukakan hati Yesus, maka Ia mendengungkan lagi V'ahavta, perintah yang sangat penting bagi orang Yahudi, yaitu perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi (37-38). Perintah ini disandingkan dengan hukum yang sama (bukan nomor dua, lebih rendah, ataupun kurang penting), yaitu perintah untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (39).
Orang yang mengasihi Allah pastilah juga mengasihi sesama. Jika seseorang tidak mengasihi sesama, itu artinya ia tidak mengasihi Allah. Kedua perintah ini adalah inti dari seluruh hukum Allah (40).
Kebutuhan untuk dicintai yang dapat dipuaskan dengan penerimaan dan pengakuan orang lain adalah hal yang normal. Tetapi, janganlah hal ini membawa kita kepada hasrat kekuasaan yang toxic, apalagi membuat kita mengatasnamakan Tuhan untuk berbuat jahat terhadap sesama. Sejatinya, kasih yang Alkitab ajarkan tidak bersifat hierarkis melainkan holistik dan integratif antara mengasihi Allah, diri sendiri, dan sesama. Mari terus belajar mengasihi Allah, diri, dan sesama dengan benar. [JHN]
SH: Mat 22:41-46 - Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti (Selasa, 6 Maret 2001) Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti
Berulang-kali orang-orang Farisi berusaha mencobai
Yesus, namun di luar perhitungan mereka ternyata Ye...
Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti
Berulang-kali orang-orang Farisi berusaha mencobai Yesus, namun di luar perhitungan mereka ternyata Yesus tidak pernah terjerat oleh tipu muslihat mereka.
Pada kesempatan ini, bukan lagi mereka yang bertanya kepada Yesus tetapi Yesus yang menanyai mereka: bagaimana pemahaman mereka tentang Mesias (42a). Mereka tahu dengan pasti bahwa Mesias yang dinantikan adalah keturunan Daud, seperti yang mereka baca dalam nubuatan nabi-nabi. Mereka memahami secara hurufiah makna nubuatan ini maka penantian mereka pun adalah melihat kepada garis keturunan Daud. Berdasarkan pemahaman inilah maka dengan lantang mereka menjawab pertanyaan Yesus (42b). Pemahaman sepotong ini telah membawa mereka kepada penantian yang sia-sia, karena mereka melupakan bagian Kitab Suci lain seperti yang dikutip oleh Yesus, dimana Daud menyatakan tentang Mesias (43- 44). Ketika mereka mendengar penjelasan Yesus yang berpijak pula dari kebenaran firman Tuhan, maka mereka menjadi mati kutu, tak kuasa lagi mempertahankan argumentasi mereka tentang Mesias anak Daud. Akhir bacaan kita mencatat bahwa sejak saat itu mereka tidak lagi berani menjebak Yesus dengan pertanyaan tipu muslihat mereka, karena mereka benar-benar mati kutu (44).
Betapa mengherankan, orang-orang Farisi yang menguasai Kitab Suci ternyata tidak mampu menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini dikarenakan pemahaman yang sempit dan sepenggal-sepenggal akan firman Tuhan, sehingga mereka hanya terpaku pada apa yang tertera dan tertulis, dan bukan kepada kebenaran yang diungkapkan secara utuh dan berkesinambungan. Kita menyadari betapa berbahayanya pemahaman demikian, karena akan membawa kita kepada pengharapan yang sia-sia. Apabila kita salah memahami firman Tuhan maka akan berakibat: pengenalan yang sempit akan Yesus Kristus, kehidupan rohani yang dangkal, dan pengharapan yang tidak pernah berujung kenyataan. Betapa sia-sianya hidup iman kita!
Renungkan: Jangan mudah puas dengan pemahaman Anda saat ini, teruslah belajar menggali dan memahami firman Tuhan dengan benar dan utuh, sehingga Anda memiliki pemahaman yang benar dan pengharapan yang pasti.
SH: Mat 22:41-46 - Mesias Rohani (Jumat, 12 Maret 2010) Mesias Rohani
Bukan hanya para pemuka agama yang bisa bertanya kepada Yesus dengan
pertanyaan menjebak. Yesus pun mengajukan pertanyaan kepada
...
Mesias Rohani
Bukan hanya para pemuka agama yang bisa bertanya kepada Yesus dengan pertanyaan menjebak. Yesus pun mengajukan pertanyaan kepada mereka yang membingungkan bagaimana menjawabnya. Pertanyaan Yesus bukan bertujuan menjebak, tetapi suatu proses pembelajaran dari firman Tuhan.
Pertanyaan pertama Yesus dengan mudah dijawab oleh mereka. Mesias adalah Anak Daud. Semua orang Yahudi percaya akan Mesias yang akan membebaskan mereka dari perbudakan Romawi. Mereka percaya akan Mesias politik. Namun, pertanyaan Yesus yang berikutnya, tidak sanggup mereka jawab. Mengutip Mazmur 101:1, Yesus bertanya mengapa Daud dalam Mazmurnya ini menyebut Sang Mesias adalah Tuannya (Adonai = tuan, pemilik). Jelas sekali Yesus sedang mengajarkan kebenaran yang selama ini tertutup buat mereka. Mesias keturunan Daud bukan semata-mata keturunan daging Daud, tetapi juga adalah dari TUHAN (Yahweh). Mesias keturunan Daud adalah sekaligus Mesias rohani. Dengan memaparkan hal tersebut, Yesus sedang mengklaim bahwa Dialah Mesias tersebut!
Mengapa para pemuka agama tidak mampu menjawab pertanyaan Yesus tersebut. Pertama, hal tersebut memang tidak masuk dalam akal manusia untuk dimengerti. Dibutuhkan iman untuk menerima pengajaran rohani seperti itu. Kedua, mereka telah dibutakan mata rohani untuk hanya mau percaya kepada Mesias impian mereka sendiri, yaitu Mesias politik. Sayang sekali mereka sudah tidak mengerti, menolak untuk diberi pengertian (ayat 46). Artinya, mereka memang berkeras kepala tidak mau menerima kebenaran.
Mudah-mudahan Anda bukan seperti para pemuka agama ini, yang tidak bersedia dibongkar pemahamannya yang keliru, serta dengan keras kepala bertahan pada kebenaran yang palsu. Kiranya kita semua adalah murid Tuhan yang terbuka pikiran dan hatinya untuk mengenal dan menerima bahkan mengamalkan kebenaran!
SH: Mat 22:41-46 - Membongkar pemahaman yang salah (Sabtu, 9 Maret 2013) Membongkar pemahaman yang salah
Membongkar pemahaman yang salah dalam diri seseorang memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.Apalagi jika ora...
Membongkar pemahaman yang salah
Membongkar pemahaman yang salah dalam diri seseorang memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.Apalagi jika orang tersebut tidak mau belajar. Melalui pertanyaan-Nya, Yesus membongkar pemahaman orang Farisi yang keliru dalam memahami nubuat yang ditulis oleh Daud tentang Mesias. Apa pemahaman yang benar tentang Mesias?
Pertama, Mesias datang untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa. Silsilah Yesus di Matius 1 menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Daud yang dijanjikan itu, sang Raja Israel yang akan membebaskan mereka. Namun, Yesus menolak dibatasi oleh pemahaman sempit. Mereka berpikir bahwa Mesias akan datang seperti layaknya seorang anak raja dengan kedudukan politik dan tentara yang besar. Mereka menyangka bahwa Mesias akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi. Namun Yesus lebih dari sekadar tokoh politik, Ia membebaskan umat-Nya bukan dari tangan manusia, tetapi membebaskan manusia dari belenggu dosa.
Kedua, Mesias adalah manusia sekaligus Allah. Ia adalah keturunan Daud; orang-Farisi mengetahui kebenaran itu. Namun, Mesias yang adalah anak Daud itu disebut sebagai juga Tuan darinya. Seorang ayah selalu lebih tinggi daripada anaknya. Bagaimana mungkin seorang anak juga adalah tuan dari ayahnya? Nubuat ini justru dengan jelas menunjukkan karya dan kedudukan Kristus.Mesias dikatakan duduk di sebelah kanan Allah, sebagai gambaran Tritunggal yang secara esensi setara dalam kemuliaan. Melalui pertanyaan yang Ia ajukan, Yesus berharap orang Farisi mengerti bahwa sekalipun Mesias adalah keturunan Daud, Ia juga manusia. Mesias juga disebut Tuan oleh Daud, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah. Meskipun mereka tahu tentang Mesias, tetapi ketika Mesias itu muncul di depan mata mereka, mereka justru menolaknya.
Gambaran Mesias seperti apa yang ada di benak kita? Mesias sebagai penyembuh? Pemberi hidup berkelimpahan secara materi? Ataukah Mesias seperti yang dinyatakan Yesus? Persilakan Allah membongkar jika ada pemahaman yang salah.
SH: Mat 22:41-46 - Jaim Rohani (Selasa, 21 Maret 2023) Jaim Rohani
Pengetahuan dapat membuat manusia menjadi pongah, merasa diri paling cerdas dan hebat, tidak terkecuali pengetahuan akan Tuhan. Sungguhla...
Jaim Rohani
Pengetahuan dapat membuat manusia menjadi pongah, merasa diri paling cerdas dan hebat, tidak terkecuali pengetahuan akan Tuhan. Sungguhlah menyedihkan kepongahan rohani ini.
Yesus prihatin terhadap realitas kepongahan rohani orang-orang Farisi yang berkali-kali berusaha menjatuhkan-Nya. Yesus seolah-olah seperti Sokrates yang sedang mempraktikkan metode elenchus, yakni metode filsafat yang menggunakan pertanyaan untuk membantah atau menyadarkan ketidaktahuan lawan bicaranya. Dengan bertanya, Yesus menunjukkan bahwa orang-orang Farisi itu sungguhlah buta.
Sayangnya, mereka tidak berani menyadari ketidaktahuan dan kebutaan mereka secara jujur. Padahal, kejujuran justru dapat membuat hati mereka terbuka sehingga dapat disembuhkan dari kebutaan rohani. Akibatnya, mereka tidak dapat melihat bahwa walau Mesias dapat disebut sebagai keturunan Daud, Dia juga memiliki natur ilahi (42). Mesias adalah Allah yang berinkarnasi, sehingga Daud menyebut-Nya sebagai Tuan/Tuhan (Adonai) (43-45; bdk. Mzm. 110:5).
Yesus menyingkapkan ketidakmampuan mereka dalam memahami hal ini, tetapi mereka tetap tidak mengakui kebutaan mereka. Memang mereka tidak lagi berani bertanya kepada Yesus, tetapi hal ini bukan karena kerendahhatian mereka, tetapi justru karena keangkuhan mereka yang tidak mau terlihat bodoh di depan orang banyak. Inilah jaim (jaga image) rohani, sikap tak mau tampak lebih rendah di mata orang banyak.
Marilah jujur kepada Tuhan bahwa kita adalah manusia terbatas yang mudah sekali menjadi pongah dan merasa diri paling hebat. Kita dapat datang kepada-Nya dengan kejujuran bahwa kita membutuhkan anugerah-Nya untuk memberikan kepekaan kepada kita agar terus dijaga dari kepongahan rohani.
Mari kita datang kepada-Nya dengan mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah Tuhan yang melampaui segala pemahaman kita, dan mari kita membuka hati untuk pimpinan Tuhan yang akan membimbing langkah-langkah kita. [JHN]
Topik Teologia: Mat 22:33 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Sangat Tanggap
Dia Memiliki Daya Inga...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Sangat Tanggap
- Dia Memiliki Daya Ingat
Topik Teologia: Mat 22:35 - -- Dosa
Dosa-dosa Terhadap Allah
Dosa-dosa Penolakan
Mencobai Allah
Bil 14:22-23 Ula 6:16 Maz 78:18-19,41-42,56-58 Maz 9...
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Allah
- Dosa-dosa Penolakan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
Topik Teologia: Mat 22:36 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Mengasihi Allah
Tugas dari Mengasihi Allah
Kasih akan Allah adalah Suatu Perintah
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengasihi Allah
- Tugas dari Mengasihi Allah
- Kasih akan Allah adalah Suatu Perintah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
Topik Teologia: Mat 22:37 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
Yesus Me...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
- Yesus Memakai Perjanjian Lama di Dalam Diskusi Etika
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengasihi Allah
- Tugas dari Mengasihi Allah
- Kasih akan Allah adalah Suatu Perintah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
Topik Teologia: Mat 22:39 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
Yesus Me...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
- Yesus Memakai Perjanjian Lama di Dalam Diskusi Etika
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
Topik Teologia: Mat 22:42 - -- Yesus Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
Keadaan dan Peristiwa yang Berkenaan ...
- Yesus Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
- Keadaan dan Peristiwa yang Berkenaan dengan Kelahiran Kristus
- Kristus sebagai Keturunan Daud
- Penggenapan
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
Topik Teologia: Mat 22:43 - -- Allah yang Berpribadi
Allah sebagai Tritunggal
Ketritunggalan Allah
Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
Mat 3...
- Allah yang Berpribadi
- Allah sebagai Tritunggal
- Ketritunggalan Allah
- Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
- Mat 3:16-17 Mat 12:18 Mat 12:28 Mat 22:43-44 Mat 28:19 Luk 1:35 Luk 3:21-22 Luk 24:49 Yoh 1:33-34 Yoh 3:34-35 Yoh 14:11-26 Yoh 15:26 Yoh 16:7-15 Yoh 20:21-22 Kis 2:32-33,38-39 Kis 10:36-38 Rom 8:9-11,26-27 Rom 15:16 1Ko 6:15,19 1Ko 12:4-6 2Ko 1:20-22 2Ko 13:13 Gal 4:4,6 Efe 2:13,18,22 Efe 3:14-19 Efe 4:4-6 2Te 2:13-14 Tit 3:4-6 Ibr 9:14 1Pe 1:2 1Pe 3:18 1Yo 4:2,13-14 Yud 1:20-21
- Wahyu Allah
- Wahyu Melalui Kitab Suci
- Maz 1:1-3 Maz 19:7-11 Maz 119:1-4 Maz 119:13-16 Maz 119:27,29-32 Maz 119:57 Maz 119:75 Maz 119:89-93,96 Maz 119:105 Maz 119:137-138 Maz 119:151-152 Maz 119:160 Maz 119:161-168 Yes 30:8 Dan 9:2 Mat 22:43-44 Luk 24:27 Luk 24:44-45 Yoh 5:39-40,46 Yoh 10:34-35 Kis 1:16 Kis 17:2-3 Kis 18:28 Kis 28:23,25-27 Rom 1:1-3 Rom 15:4 1Ko 15:1-4 Gal 3:22 2Ti 3:15-17 Ibr 3:7-11 Ibr 10:15-17 Yak 2:8 2Pe 1:19-21
- Wahyu Khusus
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
TFTWMS: Mat 22:23-33 - Pertanyaan Tentang Kebangkitan Orang Mati PERTANYAAN TENTANG KEBANGKITAN ORANG MATI (Matius 22:23-33)
23 Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa ti...
PERTANYAAN TENTANG KEBANGKITAN ORANG MATI (Matius 22:23-33)
23 Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: 24"Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. 25 Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. 26 Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. 27 Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati. 28 Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia." 29 Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! 30 Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. 31 Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: 32 Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup." 33 Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.
Ayat 23. Pada hari itu berfungsi sebagai tanda kronologi yang mengikat konflik ini dengan konflik sebelumnya. Rupanya, pertanyaan tentang otoritas Yesus (21:23-27), pelbagai perumpamaan-Nya (21:28-22:14), dan konflik-konflik ini (22:15-46) semuanya berlangsung pada hari Selasa dalam Minggu Sengsara.
Kali ini Yesus didatangi oleh orang-orang Saduki, sekte aristokrat orang Yahudi (lihat komentar tentang 3:7; 16:1). Kelompok kecil, namun kuat, ini menggunakan pengaruh mereka dari Yerusalem. Sebagaimana orang-orang Samaria, mereka juga hanya menerima lima kitab Musa—Pentateukh—sebagai Firman Allah.11Mereka menolak otoritas kitab-kitab lain dalam Perjanjian Lama, serta tradisi lisan yang dihormati orang-orang Farisi.
Berbeda dengan orang-orang Farisi, orang-orang Saduki tidak percaya kepada kekekalan jiwa, kehidupan setelah kematian, hukuman dan upah, atau kepada kebang-kitan orang mati (Kisah 23:8).12Karena Musa tidak secara jelas mengatakan apa saja tentang kebangkitan orang mati dalam Taurat, maka mereka menolak sama sekali gagasan itu. Belakangan, literatur rabi menunjukkan ketegangan yang disebabkan oleh sengketa ini. Menurut Mishnah, mereka yang menyangkal bahwa doktrin kebangkitan berasal dari Taurat—yang akan mencakup orang-orang Saduki—tidak memiliki bagian di dunia yang akan datang.13
Meski orang-orang Farisi adalah penentang utama Yesus selama pelayanan-Nya, namun orang-orang Saduki menjadi musuh utama bagi gereja mula-mula. Hal ini terjadi begitu karena para rasul "memberitakan, bahwa dalam Yes us ada kebangkitan dari antara orang mati" (Kisah 4:1, 2). Meski kelompok ini sangat penting pada zaman Yesus, namun kelompok itu lenyap setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70.
Ayat 24. Sebagaimana murid-murid dari orang-orang Farisi dan kelompok Herodian (22:15), orang-orang Saduki itu mendatangi Yesus untuk menjerat Dia (lihat 16:1). Setelah menyapa Dia sebagai Guru, mereka memulai pertanyaan mereka dengan mengutip dari Taurat (yang mereka imani): "Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu." Ini adalah tafsiran dari Ulangan 25:5, 6, yang sering disebut sebagai hukum turun ranjang. Istilah itu berasal dari kata Latin levir, yang berarti "saudara ipar." Hukum turun ranjang diperlukan jika seorang suami meninggal tanpa anak, saudaranya laki-laki harus mengambil janda itu sebagai istrinya dan menghasilkan anak dalam nama almarhum.
Adat turun ranjang dipraktikkan di banyak masyarakat kuno. Tujuannya adalah untuk melestarikan nama almarhum dengan memberi dia keturunan dan menjaga hartanya dalam keluarga itu. Adat turun ranjang digunakan selama era patriakh, beberapa ratus tahun sebelum pemberian Hukum Taurat. Keseriusan adat ini terlihat dalam fakta bahwa Onan anak Yehuda dihukum mati karena ia menolak untuk menghasilkan anak bagi saudaranya (Kej. 38:8-10). Ketika hukum turun ranjang diundangkan melalui Musa, hukum itu ditaati dengan serius; pelanggaran apa saja atas hukum itu dianggap sebagai pelanggaran jahat (Ula. 25:7-10).
Ayat 25-27. Setelah mengutip hukum turun ranjang, orang-orang Saduki mengetengahkan satu skenario tentang tujuh orang bersaudara. Saudara laki-laki yang tertua kawin dan kemudian mati tanpa menghasilkan anak. Menurut hukum turun ranjang, ia meninggalkan istrinya itu untuk saudaranya yang berikutnya. Proses ini berlanjut sampai, pada gilirannya, perempuan itu kawin dengan semua tujuh bersaudara itu. Akhirnya, ia juga mati.
Kasus ini diajukan kepada Yesus seolah-olah kasus itu sungguh terjadi. Namun begitu, mereka itu pasti sudah mengarang-ngarang skenario yang tak masuk akal ini untuk membuat kebangkitan orang mati terlihat mustahil. Sepertinya tidak mungkin seorang perempuan bisa menikahi tujuh suami tanpa melahirkan satu anak, kecuali, tentu saja, ia sendiri mandul. Bisa jadi orang-orang Saduki itu menemukan inspirasi untuk cerita mereka itu dari Apokrifa. Dalam Kitab Tobit, seorang wanita bernama Sarah menikah dengan tujuh suami, meski tidak ditegaskan bahwa ketujuh suami itu bersaudara. Dalam setiap kasus, sebelum mereka bisa tidur bersama dalam perkawinan itu, suami itu dibunuh oleh setan.14
Ayat 28. Setelah mengutip hukum turun ranjang dan menyajikan skenario yang tidak biasa ini, orang-orang Saduki itu bertanya, "Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia." Mungkin orang-orang Saduki itu pernah membingungkan orang-orang Farisi dengan masalah ini pada pelbagai kesempatan sebelumnya.15Gaya argumentasi itu dikenal sebagai reductio ad absurdum, mereduksi kasus uji menjadi tak masuk akal. Orang-orang Saduki percaya bahwa Allah tidak akan memerintahkan suatu praktik yang akan menimbulkan situasi konyol ini. 16
Pertanyaan orang-orang Saduki itu didasarkan pada premis yang salah bahwa kehidupan setelah kebangkitan akan berlanjut dengan cara yang sama seperti di bumi. Orang-orang Yahudi bisa membayangkan seorang laki-laki menikah dengan beberapa perempuan di kehidupan berikutnya, karena poligami adalah kebiasaan yang dikenal baik di antara mereka. Banyak contoh dari praktik ini dicatat dalam Perjanjian Lama. Namun begitu, gagasan seorang perempuan memiliki lebih dari satu suami pada waktu yang sama (poliandri) adalah tak terbayangkan bagi mereka. Sifat menggelikan dari skenario orang-orang Saduki itu dipertajam oleh gagasan tentang perempuan itu yang menikah dengan tujuh suami, satu demi satu.
Ayat 29. Sebagai tanggapan, Yesus memberitahu para pemimpin ini bahwa mereka sesat atau "salah" (NIV). Kata kerja Yunani yang digunakan di sini (plana÷w, planaō) berarti "sesat" atau "disesatkan." Kata ini digunakan dalam 18:12 di mana domba itu tersesat. Tuhan, kemudian, membuat dua tuduhan terhadap mereka.
Pertama, Ia mengatakan bahwa mereka tidak mengerti Kitab Suci. Maksud ini diu- raikan dalam ayat 31 dan 32. Kedua, Ia berkata bahwa mereka tidak mengerti kuasa Allah. Dakwaan ini diuraikan dalam ayat 30.
Ayat 30. Yesus menjelaskan bahwa Allah memiliki kuasa untuk mengubah manusia: "Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga." Perkawinan digambarkan dari dua perspektif: "Kawin" terkait dengan laki-laki, yang akan mengambil seorang istri untuk dirinya sendiri, sedangkan "dikawinkan" terkait dengan perempuan, yang akan diberikan kepada seorang laki-laki oleh ayahnya. Yesus menyatakan bahwa hukum-hukum duniawi ini tidak berlaku di alam sorgawi. Dalam dunia yang akan datang, manusia akan menjadi seperti malaikat (a‡ggeloß, angelos), tetapi mereka tidak akan menjadi malaikat.17Karena sifat mereka yang rohaniah, mereka tidak kawin atau melahirkan anak.
Pikiran serupa ditemukan dalam literatur Yahudi di luar Alkitab. Misalnya, Talmud mengatakan, [Dunia di masa depan tidak seperti dunia ini.] Dalam dunia masa depan tidak ada makan atau minum atau perkembangbiakan atau bisnis atau kecemburuan atau kebencian atau persaingan, tetapi orang benar duduk dengan mahkota mereka di kepala mereka merayakan kecermelangan kehadiran ilahi.18
Nas-nas lain dalam Perjanjian Baru menegaskan bahwa kebangkitan tubuh dan keberadaan di masa depan akan berbeda dari sekarang (1 Kor. 15:35-58; 1 Yoh. 3:2).
Ayat 31, 32. Setelah membahas kuasa Allah yang sanggup mengubah manusia dalam kebangkitan, Yesus kembali kepada ketidaktahuan orang-orang Saduki (22:29). Dalam gaya rabi, Ia kembali mengawali kutipan dari Perjanjian Lama dengan bertanya, "Tidakkah kamu baca …?" (Lihat komentar tentang 12:3, 4). Ia kemudian menjelaskan bahwa kata-kata itu diucapkan … oleh Allah. Yesus juga mengasalkan kata-kata ini kepada "kitab Musa" dan menceritakan kisah tentang semak duri yang menyala (Mrk. 12:26).
Karena Yesus tahu bahwa tujuan orang-orang Saduki itu adalah untuk menyangkal kebangkitan, Ia lalu menyebut nama para leluhur yang mereka hormati dan menggunakan Kitab Suci yang mereka hormati untuk membuktikan kebangkitan. Ia tidak mengutip nas tertentu yang tidak jelas, melainkan Ia menggunakan satu nas dikenal baik oleh setiap orang. Ia mengutip identifikasi Allah sendiri dalam Keluaran 3:6:
"Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Yesus menyiratkan bahwa Abraham, Ishak, dan Yakub masih hidup, sebab Allah masih menjadi Allah mereka (lihat 8:11; Luk. 13:28; 16:22-31; Yoh. 8:56). Ia menyimpulkan, "Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."
Meski doktrin kebangkitan tidak menonjol di dalam Perjanjian Lama, beberapa nas mengajarkan—atau setidaknya mengisyaratkan—realitasnya.19Namun begitu, hal itu tidak secara tersurat diajarkan dalam hukum Taurat. Karena kelompok Saduki hanya menganggap Pentateukh sebagai kitab yang berkuasa, maka Yesus menggunakan satu nas yang mereka terima yang secara tersirat mengajarkan gagasan itu. Kemudian, dalam Talmud, pendekatan yang sama digunakan untuk menjawab mereka yang disebut "orang-orang sektarian," sebuah label yang mencakup orang-orang Saduki serta orang lain yang menyangkal kebangkitan. Timbul pertanyaan, "Bagaimanakah kebangkitan berasal dari Pentateukh?" Para rabi mengutip beberapa nas untuk membuktikan ajarannya (Kel. 6:4; Bil. 18:28; Ula. 4:4; 11:21; 31:16 ),20namun tidak satu pun dari semua ini terlihat meyakinkan seperti yang dikutip oleh Kristus.21
Ayat 33. Setelah mendengar jawaban Yesus, "orang banyak … takjub akan pengajaran-Nya (lihat 22:22, 46). Lukas 20:39, 40 mengatakan, "'Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.' Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus."
TFTWMS: Mat 22:34-40 - Pertanyaan Tentang Hukum Yang Utama PERTANYAAN TENTANG HUKUM YANG UTAMA (Matius 22:34-40)
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungka...
PERTANYAAN TENTANG HUKUM YANG UTAMA (Matius 22:34-40)
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 36"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" 37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Ayat 34. Murid-murid dari orang-orang Farisi bersama kelompok Herodian, diutus untuk menjebak Yesus, tetapi orang-orang ini gagal (22:15, 16, 22). Orang-orang Saduki juga telah melakukan usaha terbaik mereka untuk mendiskreditkan Dia, tetapi mereka juga gagal (22:23, 33). Dengan jawaban-Nya yang berhikmat, Yesus membungkam mereka. Kata "membungkam"(fimo÷w, phimoō), diterjemahkan "diam saja" dalam ayat 12, secara harfiah dapat berarti" diberangus. "Setelah orang-orang Farisi mendengar tentang hal ini, mereka berkumpul untuk bersekongkol melawan Yesus.
Ayat 35. Orang-orang Farisi ini juga gagal dalam upaya mereka untuk menjerat Yesus. Kegagalan mereka mungkin sebagian disebabkan oleh orang yang dipilih untuk mewakili mereka. Dari semua penanya, orang ini tampaknya paling tulus. Matius mengidentifikasi dia sebagai seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, (nomiko÷ß, nomikos). Istilah terakhir itu dihilangkan dalam banyak naskah, dan diyakini oleh beberapa orang bahwa seorang penyalin meminjam istilah itu dari Lukas 10:25—yang menceritakan kisah yang serupa, namun berbeda.22Dalam konteks Yahudi, istilah "ahli Taurat" mengacu kepada orang yang terdidik dalam hukum Musa, "seorang ahli Taurat"(JNT). Markus mengacukan orang itu dengan menggunakan sinonim "ahli kitab" (NASB) (grammateu÷ß grammateus) dan menyiratkan bahwa ia mengajukan pertanyaan sendiri (Mrk. 12:28). Pekerjaan ahli kitab adalah menafsirkan Taurat dan mengetahui serta menerapkan hukum lisan (lihat komentar tentang 2:4).
Ayat 36. Untuk menguji Yesus, ahli kitab itu bertanya, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Pertanyaan ini sering diperdebatkan di kalangan para sarjana Yahudi. Mereka ingin merangkum Taurat dalam satu pernyataan atau perintah. Dalam Talmud, pertanyaan serupa ditemukan: "Apakah ada teks singkat yang semua hal penting dalam hukum Taurat bergantung padanya?"23Jawaban yang diberikan di sana adalah dari Amsal 3:6: "Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Sangat menarik bahwa jawaban ini berasal dari Amsal bukan Pentateukh.
Rabi Simlai mengajarkan bahwa Musa telah menerima 613 perintah dalam Taurat. Namun begitu, itu telah dikurangi menjadi sebelas oleh Daud (Maz. 15), enam oleh Yesaya (Yes. 33:15), tiga oleh Mikha (Mki. 6:8), dua lagi oleh Yesaya (Yes. 56:1), satu oleh Amos (Amos 5:4), dan satu oleh Habakuk (Hab. 2:4).24
Ayat 37, 38. Yesus merespon ahli Taurat itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." Kutipan ini diambil dari Ulangan 6:5. Teks Ibraninya mencakup tiga kata "hati," "jiwa," dan "kekuatan." Dalam kutipan Matius, istilah "pikiran" disertakan, tapi "kekuatan" dihilangkan. Ketika nas itu dikutip dalam Markus dan Lukas, mereka memiliki empat istilah: "hati," "jiwa," "akal budi," dan "kekuatan" (Mrk. 12:30, Luk 10:27.). Beberapa variasi dalam Injil Sinoptik mungkin timbul karena menggunakan Septuaginta. Beberapa salinan kuno terjemahan Yunani ini menerjemahkan istilah Ibrani untuk "hati" (bl, leb) sebagai "pikiran" (dia÷noia, dianoia).
Hukum yang terutama dan terpenting ini mengikuti Shema. Shema yang asli adalah dalam Ulangan 6:4, dan "perintah terutama" adalah dalam Ulangan 6:5. Bila diperluas, nas-nas lain, termasuk Bilangan 15:37-41, sudah digabungkan dalam Shema (lihat juga Ula. 11:13-21). Nama "Shema" berasal dari kata pertama dari doa itu, um^v (shamma'), yang berarti "dengar" (Ula. 6:4). Menurut Markus, Yesus juga memasukkan itu dalam jawaban-Nya: "Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa" (Mrk. 12:29).
Ayat 39. Yesus, setelah menjawab pertanyaan ahli kitab itu tentang perintah yang terutama (22:36), melanjutkan dengan mengatakan, "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"25(lihat 5:43; 19:19; Rom. 13:9, 10; Gal. 5:14; Yak. 2:8; 1 Yoh. 4:21). Kutipan itu dari Imamat 19:18 dalam Septuaginta. Guru-guru Yahudi lainnya, baik sebelum dan sesudah Kristus, menekankan perlakuan yang baik terhadap sesama. Rabi Hillel meringkas hukum Taurat dengan bentuk negatif dari Peraturan Emas: "Apa yang engkau benci, jangan lakukan kepada sesamamu."26Rabi Akiba mengatakan bahwa "Engkau harus mengasihi sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri" adalah "prinsip agung dalam Taurat."27Dalam nas yang terkait di dalam injil Lukas, Yesus mendefinisikan "sesama" sebagai siapa saja yang butuh pertolongan dari orang yang memiliki kekuatan (Luk. 10:29-37).
Ayat 40 Yesus menyimpulkan, "Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Telah dikatakan bahwa mengasihi Allah memenuhi empat perintah pertama dari Sepuluh Perintah Allah, sedangkan mengasihi sesama memenuhi enam perintah sisanya (Kel. 20:1-17; Ula. 5:6-21). Meski hal ini benar, namun Kristus berkata jauh lebih banyak daripada itu. Di sini "seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" mewakili seluruh Alkitab Ibrani. Kata "tergantung" (krema÷nnumi, kremannumi) dapat juga diterjemahkan "menggantung" (KJV). "Seperti pintu yang menggantung pada engselnya, begitu juga [Perjanjian Lama] menggantung pada dua perintah itu."28
Ahli kitab itu sudah menunjukkan wawasan yang luas dengan menyetujui sepenuh hati jawaban Yesus (Mrk. 12:32, 33). Yesus sangat terkesan terhadap dia sehingga Ia berkata, "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah" (Mrk.12:34).
TFTWMS: Mat 22:41-46 - Pertanyaan Tentang Mesias PERTANYAAN TENTANG MESIAS (Matius 22:41-46)
41 Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: 42"Apakah pen...
PERTANYAAN TENTANG MESIAS (Matius 22:41-46)
41 Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: 42"Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak Daud." 43 Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: 44 'Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, Sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.' 45 Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" 46 Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya.
Ayat 41. Yesus sudah mulai mengajar di Bait Allah pada pagi itu (21:23). Musuh-musuh-Nya telah merancang tiga pertanyaan untuk membuat Dia melanggar hukum Taurat atau untuk membuat Dia berkonflik dengan hukum Romawi (22:15-40). Ia secara tak terbantahkan sudah menjawab semua tiga pertanyaan itu. Setelah merespon pertanyaan mereka, Tuhan sendiri mengajukan satu pertanyaan. Ia mengarahkannya kepada orang-orang Farisi yang berkumpul di dekat situ, yang sedang merencanakan langkah mereka berikutnya untuk melawan Dia (22:34). Markus 12:35 menegaskan bahwa Yesus masih berada di bait suci ketika Ia mengajukan pertanyaan itu.
Ayat 42. Yesus tidak bertanya, "Menurut kamu siapakah Aku ini?" Sebelumnya, pertanyaan itu telah memunculkan pengakuan Petrus bahwa Ia adalah "Mesias, Anak Allah yang hidup" (16:15, 16). Sebaliknya, Yesus menggunakan pendekatan tidak langsung untuk membahas identitas-Nya. Ia menanya mereka, "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Di tempat lain Ia menggunakan pertanyaan "Menurut kamu …?" untuk merangsang pemikiran para pendengar-Nya (17:25; 18:12; 21:28). Pada kesempatan ini, Ia menanya mereka tentang leluhur Mesias.
Orang-orang ini dengan benar menjawab, "Anak Daud." Yesus sengaja mengarahkan mereka kepada jawaban ini. Hanya dua hari sebelumnya, pada hari Minggu, Ia masuk dengan penuh kemenangan ke Yerusalem dengan menunggang keledai. Pada saat itu, Ia dipuji sebagai "Anak Daud" (21:9). Pada hari Senin, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat menjadi geram karena anak-anak menghormati Yesus dengan teriakan "Hosana bagi Anak Daud" (21:15, 16). "Anak Daud" adalah gelar mesias yang mencerminkan antisipasi penggenapan segala janji Perjanjian Lama (lihat komentar tentang 1:1; 9:27; 12:23).
Ayat 43. Yesus melontarkan pertanyaan kedua: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, …?" Ia melanjutkan dari (Kristus sebagai Anak Daud) yang "dikenal," yang secara bebas mereka akui, kepada (Kristus sebagai Tuannya Daud) yang tidak dikenal. "Sebelumnya Yesus pernah diminta untuk membungkam orang-orang yang memanggil dia sebagai anak Daud, tetapi," seperti yang Lewis nyatakan, "sekarang Ia berpendapat bahwa gelar itu terlalu sedikit mengungkapkan diri-Nya."29Yesus menyatakan bahwa Daud, yang menulis banyak Mazmur, diilhami oleh Roh Kudus (lihat 2 Sam. 23:2; Kisah 1:16; 2:30; 2 Pet. 1:21). Judul yang ditulis di atas Mazmur 110, yang ditambahkan jauh belakangan daripada tulisan aslinya, berbunyi "Mazmur Daud."
Ayat 44 Kutipan yang digunakan itu berasal dari Mazmur 110:1, dan itu hampir sama dengan terjemahan Septuaginta (LXX): "'Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, Sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.'"
Teks penting ini dikutip atau disinggung di tempat lain beberapa kali dalam Perjanjian Baru.30Dalam bahasa Ibrani, ada perbedaan antara "Tuhan" yang pertama (hwhy, YHWH, nama pribadi Allah) dan "Tuhan" yang kedua (ioda', 'Adon). Teks itu meramalkan peninggian Yesus Kristus di sebelah tangan kanan Allah Bapa. Penempatan musuh-nusuh raja di bawah kakinya melambangkan ketundukan mereka kepada dia.
Teks Ibrani menempatkan kata "tumpuan kaki" di baris terakhir: "Sampai Aku menjadikan musuh-musuh-Mu tumpuan kaki untuk kaki-Mu" (penekanan ditambahkan). Para arkeolog telah menemukan tumpuan kaki raja-raja zaman dulu yang memiliki gambar ukiran musuh-musuh mereka (sering dalam posisi sujud membungkuk).31
Ayat 45. Yesus menyimpulkan dengan satu lagi pertanyaan: "Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Jika Mesias adalah anak Daud, lalu mengapakah Daud melalui pengilhaman menyebut Dia "Tuhan"? Betapa pertanyaan yang membingungkan! Seorang leluhur akan jarang, jika pernah ada, menyapa keturunannya sebagai "tuan." Bagaimana mungkin Mesias berasal dari keturunan Daud, namun lebih superior daripada dia? Satu-satunya cara Mesias bisa menjadi "Tuhan" dan "Anak Daud" adalah dengan menjadi Ilah, sudah ada sebelum Ia dilahirkan dalam daging (lihat Yoh. 8:56-58). Yesus sebelumnya telah mengaku lebih besar daripada bait suci, Yunus, dan Salomo (12:6, 41, 42). Di sini Ia juga secara tidak langsung mengaku lebih besar daripada Daud.
Ayat 46. Yesus telah membungkam para pengecam-Nya untuk hari itu. Mereka kalah telak sehingga tidak [ada] yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya untuk sisa minggu itu—yaitu, tidak sampai terjadinya pengadilan-Nya yang mengolok-olok Dia. Meski mereka telah dibungkam, hidup mereka belum diubah. Mereka lebih membenci Dia daripada sebelumnya, dan mereka menghabiskan waktu dengan merencana kan cara untuk menangkap Dia dengan sedikit protes dari orang banyak.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Kebangkitan ORANG MATI (Matius 22:23-33)
Bagaimana bisa pengiman Allah tidak percaya kepada kebangkitan atau kehidupan setelah kematian? Paulus menju...
Kebangkitan ORANG MATI (Matius 22:23-33)
Bagaimana bisa pengiman Allah tidak percaya kepada kebangkitan atau kehidupan setelah kematian? Paulus menjumpai beberapa orang Kristen di Korintus yang tidak percaya kepada kebangkitan. Mereka itu mungkin telah dipengaruhi oleh filsafat Yunani, yang mengatakan tubuh adalah dosa dan memandang roh sebagai semacam energi yang keluar dari tubuh pada saat kematian. Energi ini dikatakan diserap ke dalam energi alam atau oleh ilah yang membentuk seluruh alam semesta. Ajaran yang Paulus berikan kepada jemaat di Korintus membantah pemikiran orang-orang Saduki atau yang lainnya yang meragukan kebangkitan orang mati.
Mereka di Korintus yang tidak percaya kepada kebangkitan tampaknya tidak menolak kebangkitan Kristus, tetapi kebangkitan mereka sendiri nantinya. Paulus mengatakan bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka kita juga tidak akan dibangkitkan; tetapi jika Ia dibangkitkan, kita juga akan dibangkitkan (1 Kor 15:12-19.). Paulus memberikan tujuh kesimpulan kebangkitan orang mati:
- 1. Jika Kristus sudah dibangkitkan dari antara orang mati, yang diterima oleh saudara-saudara di Korintus ketika mereka menjadi orang Kristen, maka mereka tidak bisa menyangkal kebangkitan.
- 2. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka tidak akan ada orang lain mana saja yang akan dibangkitkan. Paulus selanjutnya mengetengahkan pelbagai konsekuensi dari menerima kesimpulan itu.
- 3. Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka pemberitaan injil adalah sia -sia, tugas hampa.
- 4. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka Paulus dan semua yang lainnya yang mengatakan mereka saksi mata bagi Kristus yang bangkit adalah pembohong.
- 5. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka iman mereka adalah kosong dan tanpa makna. Apa gunanya berharap kepada orang yang mati dan tidak hidup lagi? Semua orang mati. Jika Yesus tidak bangkit dari kematian, Ia tidak lebih baik daripada orang lain yang disebut juruselamat.
- 6. Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka kita masih berada dalam dosa-dosa kita dan tanpa pengharapan keselamatan, sebab darah-Nya tidak memiliki kuasa untuk menyucikan kita dari dosa-dosa kita.
- 7. Mungkin akibat yang paling mengganggu, jika Kristus tidak dibangkitkan, adalah bahwa mereka yang telah mati dalam Tuhan sudah binasa begitu saja—karena tidak ada harapan setelah kematian.
Setelah argumen yang kuat yang mendukung kebangkitan Kristus, Paulus selanjutnya menyimpulkan, "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia" (1 Kor. 15:19). Ia menyatakan bahwa "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal" (1 Kor. 15:20).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 22:15-46
Jawaban Yesus Kepada Musuh-Musuhnya
Pasal ini menceritakan beberapa konflik yang di dalamnya lawan-lawan ...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 22:15-46
Jawaban Yesus Kepada Musuh-Musuhnya
Pasal ini menceritakan beberapa konflik yang di dalamnya lawan-lawan Yesus berusaha mempermalukan Dia. Lawan-lawan ini mencakup orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian (22:15-22), orang-orang Saduki (22:23-33), dan seorang Farisi yang ahli hukum Taurat (22:34-40). Pasal ini diakhiri dengan Yesus membungkam orang-orang Farisi itu dengan pertanyaan tentang "Kristus" (22:41-46).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) DUA PERTANYAAN BODOH DAN DUA PERTANYAAN BIJAK (Matius 22:15-46)
Musuh-musuh bebuyutan membuat persekutuan yang aneh. Musuh-musuh Yesus itu bekerja sa...
DUA PERTANYAAN BODOH DAN DUA PERTANYAAN BIJAK (Matius 22:15-46)
Musuh-musuh bebuyutan membuat persekutuan yang aneh. Musuh-musuh Yesus itu bekerja sama dengan cara mengajukan pelbagai pertanyan yang menjebak kepada Dia. Mereka bertanya apakah boleh atau tidak membayar pajak perorangan kepada Kaisar (22:15-22). Ia tidak akan tertipu oleh pertanyaan ini. Mereka juga bertanya berapa banyak suami yang seorang perempuan bisa miliki di sorga (22:23-33). Yesus menjawab, pada dasarnya, "Kalian ini memalukan sebab tidak tahu isi Alkitab kalian!"
Dua dari pertanyaan-pertanyaan hebat yang pernah ditanyakan ditemukan dalam 22:34-46. Yesus memberikan dua jawaban hebat dalam 22:37-40. Kepada ahli Taurat yang bertanya, "Hukum manakah yang paling besar?" (22:36), Yesus menjelaskan bahwa kasih agape adalah dasar bagi semua yang Allah minta dari kita. Kita perlu menanya diri kita sendiri pertanyaan kedua "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?"(22:42)—sebab jawabannya memiliki implikasi yang kekal. Yesus adalah Anak Allah, dan kita harus mendengarkan dan menaati suara-Nya (lihat 17:5).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Orang-orang Farisi menerima pendudukan Romawi sebagai kejahatan yang diperlukan, tetapi itu tidak berarti mereka mendukung Herodes...
Catatan Akhir:
- 1 Orang-orang Farisi menerima pendudukan Romawi sebagai kejahatan yang diperlukan, tetapi itu tidak berarti mereka mendukung Herodes.
- 2 Orang-orang Farisi itu juga bergabung dengan orang-orang Saduki dalam perlawanan mereka terhadap Yesus (lihat komentar tentang 16:1).
- 3 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 524, n. 200. Sanjungan dibahas seara tuntas dalam Plutarch Moralia 48E-74E (How to Tell a Flatterer from a Friend ).
- 4 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 100.
- 5 Josephus Antiquities 18.1.1; Wars 2.8.1.
- 6 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2d ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 26.
- 7 Ibid., 86.
- 8 Prinsip tentang pemerintah adalah dari Allah (Dan. 2:21, 37, 38; Rom. 13:1-7; 1 Pet. 2:13-17). Pemerintah sering menyediakan perlindungan berupa tentara, pasukan polisi, jalan yang baik, dan sistem peradilan. Lembaga-lembaga ini harus dibiayai oleh rakyat.
- 9 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 557.
- 10 Lewis, 101.
- 11 Josephus Antiquities 18.1.4.
- 12 Josephus Wars 2.8.14.
- 13 Mishnah Sanhedrin 10.1.
- 14 Tobit 3:7-9.
- 15 Lewis, 103.
- 16 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 209.
- 17 Rupanya, orang-orang Saduki tidak percaya juga kepada malaikat (Kisah . 23:8), meski malaikat sering disebut dalam Pentateukh (Kej. 16:7; 19:1; 21:17; 22:11; 24:7; 28:12; 31:11; 32:1; 48:16; Kel. 3:2; 14:19; 23:20; 32:34; 33:2; Bil. 20:16; 22:22).
- 18 Talmud Berakoth 17a.
- 19 Ayub 14:14; 19:25-27; Maz. 16:9-11; 17:15; 49:15; 73:24-26; Is. 25:8; 26:19; 53:10; Yeh. 37:1-14; Dan. 12:1-3, 13; Hos. 6:2; 13:14.
- 20 Talmud Sanhedrin 90b.
- 21 Nas rabi yang lain mengutip Ulangan 32:39, di mana Allah berkata, "Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku [yang] meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan" (Talmud Pesahim 68a).
- 22 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 48-49.
- 23 Talmud Berakoth 63a.
- 24 Talmud Makkoth 24a.
- 25 Beberapa teks dalam Pseudepigrafa juga menggabungkan gagasan mengasihi Allah dan mengasihi sesama. (Testament of Issachar 5.2; 7.6; Testament of Dan 5.3.)
- 26 Talmud Shabbath 31a.
- 27 Genesis Rabbah 24.7.
- 28 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 566.
- 29 Lewis, 107.
- 30 Mat. 26:64; Mrk. 12:36; 14:62; 16:19; Luk. 20:42, 43; 22:69; Kisah 2:34, 35; 1 Kor. 15:25; Efe. 1:20, 22; Kol. 3:1; Ibr. 1:3, 13; 8:1; 10:12, 13; 12:2.
- 31 Untuk contoh, lihat Alfred J. Hoerth, Archaeology and the Old Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1998), 213
- 32 Sebuah traktat dalam Mishnah, Yebamoth , didedikasikan untuk masalah pernikahan turun ranjang.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KASIH (Matius 22:34-40)
Yesus mengidentifikasi dua perintah besar dalam Matius 22:37-39. Alkitab berbicara banyak tentang perintah-perintah ini (Yos....
KASIH (Matius 22:34-40)
Yesus mengidentifikasi dua perintah besar dalam Matius 22:37-39. Alkitab berbicara banyak tentang perintah-perintah ini (Yos. 22:5; Maz. 31:23; Yoh. 14:15, 21, 23; Rom. 8:28; Yak. 1:12; 2:5; 1 Yoh. 4:8, 19, 21). Keduanya melibatkan kasih. Mari kita periksa tiga kualitas kasih.
- 1. Kasih adalah sesuatu yang kita pelajari. Kita tidak dilahirkan dengan langsung mempraktikkan kasih. Perintah untuk mengasihi orang lain adalah untuk kita hari ini serta untuk para pendengar Yesus waktu itu.
- 2. Kasih adalah sesuatu yang kita lakukan . Kasih itu proaktif. Jika tindakan kita tidak mengandung kasih, maka apa yang kita katakan tidak berarti apa-apa.
- 3. Kasih adalah satu-satunya harapan bagi dunia ini. Dunia kita harus menemukan kembali kasih. Penting bagi dunia untuk datang mengenal Yesus Kristus sebab Ia menyontohkan kasih.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) ANAK DAUD (Matius 22:41-46)
Beberapa orang seangkatan Yesus menganggap Dia seorang penipu. Yang lainnya menganggap Dia seorang nabi, sama seperti ang...
ANAK DAUD (Matius 22:41-46)
Beberapa orang seangkatan Yesus menganggap Dia seorang penipu. Yang lainnya menganggap Dia seorang nabi, sama seperti anggapan mereka terhadap Yohanes Pembaptis. Banyak orang menyimpulkan dari pelbagai mujizat-Nya bahwa Ia adalah Mesias, Anak Daud. Namun begitu, sebelum kebangkitan-Nya, sedikit orang mengerti bahwa Ia adalah Anak ilahi Allah. Yesus menunjukkan bahwa, meski Ia adalah keturunan Daud, Ia sesungguhnya memang jauh lebih besar daripada Daud. Ia, pada kenyataannya, "Tuhan"nya Daud.
Sekarang ini, manusia memiliki berbagai pendapat tentang Yesus. Beberapa orang memandang Dia sebagai penipu. Yang lainnya menganggap Dia hanya sebagai seorang guru yang baik atau seorang nabi. Namun begitu, kita harus menerima Dia sebagai Kristus dan Tuhan (Kisah 2:36). Ia bersama Allah dari awalnya, dan Ia sendiri adalah Allah. Ia aktif dalam penciptaan (Yoh. 1:1-5), dan setelah genap waktunya Ia menjadi manusia untuk menyelamatkan kita (Yoh. 1:14, 18;. Flp. 2:6-11). Ia sungguh "Imanuel,"
"Allah beserta kita" (1:23).
David Stewart
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi